Adv
Dinkes Acut
HL
Sanitasi Sehat, Anak Sehat: STBM Jadi Penopang Pencegahan Stunting di Aceh Utara
ACEH UTARA - Sanitasi yang baik bukan hanya urusan kebersihan, melainkan fondasi dari tumbuh kembang anak yang sehat. Di Kabupaten Aceh Utara, konsep itu bukan sekadar slogan. Melalui pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Dinas Kesehatan setempat gencar membangun kesadaran dan aksi nyata di tengah masyarakat, terutama dalam mendukung pencegahan stunting yang menjadi prioritas nasional.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes., mengatakan bahwa STBM telah menjadi strategi utama dalam menekan angka stunting di wilayahnya. "Sanitasi yang sehat, termasuk akses jamban layak dan air bersih, adalah pondasi awal untuk mencetak generasi yang kuat. Tanpa lingkungan yang bersih, upaya pencegahan stunting akan terhambat," ujarnya.
Aceh Utara saat ini mencatat penurunan signifikan dalam praktik buang air besar sembarangan (BABS), berkat kampanye STBM yang menyasar langsung ke gampong-gampong. Jalaluddin menuturkan, keberhasilan ini tidak lepas dari kerja sama lintas sektor, mulai dari kader posyandu, bidan desa, hingga tokoh masyarakat.
Di salah satu desa binaan, Gampong Matang Kumbang Kecamatan Baktiya Barat, perubahan mulai terlihat. Dulu, jamban sehat adalah barang langka. Kini, setiap rumah telah memiliki sarana sanitasi yang layak. "Dulu anak-anak sering sakit perut, sekarang jarang. Mereka juga lebih aktif dan semangat ke sekolah," kata Ibu Nurlela, kader kesehatan desa setempat.
Program STBM di Aceh Utara menekankan lima pilar utama: stop BABS, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Masyarakat diajak untuk mandiri dan berkomitmen terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.
"Yang menarik, masyarakat tidak hanya diberikan bantuan fisik, tapi juga diberikan pengetahuan dan pelatihan. Kita ingin mereka memiliki kesadaran, bukan hanya ketergantungan," tegas Jalaluddin. Ia meyakini bahwa perubahan pola pikir menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.
Di tengah upaya menurunkan prevalensi stunting yang masih menjadi tantangan, program STBM telah memberi harapan baru. Data Dinas Kesehatan mencatat penurunan kasus diare dan infeksi cacingan, dua penyakit yang erat kaitannya dengan sanitasi buruk dan menjadi pemicu gangguan tumbuh kembang anak.
Program ini juga diintegrasikan dengan layanan posyandu dan skrining gizi anak. Setiap bulan, petugas kesehatan melakukan pemantauan langsung ke rumah-rumah warga. Anak-anak yang terindikasi gizi kurang langsung ditangani melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) dan intervensi medis lainnya.
Dinas Kesehatan juga memfasilitasi pelatihan bagi kader dan tokoh desa agar mereka dapat menjadi motor perubahan di lingkungan masing-masing. Para kader inilah yang kemudian menjadi agen perubahan, menyampaikan pesan kesehatan dengan bahasa yang lebih dekat dan mudah dipahami warga.
Jalaluddin menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat. "Perubahan perilaku adalah kunci. Tidak bisa hanya bergantung pada tenaga kesehatan. Kita butuh peran tokoh agama, kepala desa, dan tentu saja ibu-ibu di rumah," ujarnya, Selasa (2/7/2025).
Ia juga menekankan bahwa pendekatan STBM di Aceh Utara tidak hanya menyasar wilayah daratan, tapi juga menjangkau daerah-daerah pesisir dan terpencil. Bahkan, beberapa wilayah terluar kini telah mendeklarasikan diri sebagai desa ODF (Open Defecation Free), sebuah capaian penting dalam indikator sanitasi.
Menurutnya, investasi pada sanitasi jauh lebih murah dibandingkan menanggung beban ekonomi dan sosial akibat stunting di masa depan. "Anak yang stunting bukan hanya pendek, tapi juga bisa mengalami gangguan kognitif. Ini akan berdampak panjang bagi produktivitas bangsa," tambahnya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara saat ini juga menggandeng sekolah-sekolah dalam kampanye sanitasi sehat. Anak-anak diajarkan mencuci tangan dengan benar, menjaga kebersihan diri, serta memahami pentingnya air bersih. Mereka bahkan dilibatkan dalam lomba kebersihan antar kelas sebagai bagian dari pembentukan karakter.
Kesadaran warga terhadap pentingnya sanitasi telah berkembang menjadi budaya baru di beberapa gampong. Kini, gotong royong membersihkan lingkungan menjadi kegiatan rutin bulanan.
Dengan semangat gotong royong dan kepedulian, Aceh Utara terus melangkah menuju generasi bebas stunting—dimulai dari lingkungan yang bersih dan sehat. Seperti kata Jalaluddin, "Sanitasi sehat, anak sehat, masa depan kita kuat."
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes., mengatakan bahwa STBM telah menjadi strategi utama dalam menekan angka stunting di wilayahnya. "Sanitasi yang sehat, termasuk akses jamban layak dan air bersih, adalah pondasi awal untuk mencetak generasi yang kuat. Tanpa lingkungan yang bersih, upaya pencegahan stunting akan terhambat," ujarnya.
Aceh Utara saat ini mencatat penurunan signifikan dalam praktik buang air besar sembarangan (BABS), berkat kampanye STBM yang menyasar langsung ke gampong-gampong. Jalaluddin menuturkan, keberhasilan ini tidak lepas dari kerja sama lintas sektor, mulai dari kader posyandu, bidan desa, hingga tokoh masyarakat.
Di salah satu desa binaan, Gampong Matang Kumbang Kecamatan Baktiya Barat, perubahan mulai terlihat. Dulu, jamban sehat adalah barang langka. Kini, setiap rumah telah memiliki sarana sanitasi yang layak. "Dulu anak-anak sering sakit perut, sekarang jarang. Mereka juga lebih aktif dan semangat ke sekolah," kata Ibu Nurlela, kader kesehatan desa setempat.
Program STBM di Aceh Utara menekankan lima pilar utama: stop BABS, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Masyarakat diajak untuk mandiri dan berkomitmen terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.
"Yang menarik, masyarakat tidak hanya diberikan bantuan fisik, tapi juga diberikan pengetahuan dan pelatihan. Kita ingin mereka memiliki kesadaran, bukan hanya ketergantungan," tegas Jalaluddin. Ia meyakini bahwa perubahan pola pikir menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.
Di tengah upaya menurunkan prevalensi stunting yang masih menjadi tantangan, program STBM telah memberi harapan baru. Data Dinas Kesehatan mencatat penurunan kasus diare dan infeksi cacingan, dua penyakit yang erat kaitannya dengan sanitasi buruk dan menjadi pemicu gangguan tumbuh kembang anak.
Program ini juga diintegrasikan dengan layanan posyandu dan skrining gizi anak. Setiap bulan, petugas kesehatan melakukan pemantauan langsung ke rumah-rumah warga. Anak-anak yang terindikasi gizi kurang langsung ditangani melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) dan intervensi medis lainnya.
Dinas Kesehatan juga memfasilitasi pelatihan bagi kader dan tokoh desa agar mereka dapat menjadi motor perubahan di lingkungan masing-masing. Para kader inilah yang kemudian menjadi agen perubahan, menyampaikan pesan kesehatan dengan bahasa yang lebih dekat dan mudah dipahami warga.
Jalaluddin menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat. "Perubahan perilaku adalah kunci. Tidak bisa hanya bergantung pada tenaga kesehatan. Kita butuh peran tokoh agama, kepala desa, dan tentu saja ibu-ibu di rumah," ujarnya, Selasa (2/7/2025).
Ia juga menekankan bahwa pendekatan STBM di Aceh Utara tidak hanya menyasar wilayah daratan, tapi juga menjangkau daerah-daerah pesisir dan terpencil. Bahkan, beberapa wilayah terluar kini telah mendeklarasikan diri sebagai desa ODF (Open Defecation Free), sebuah capaian penting dalam indikator sanitasi.
Menurutnya, investasi pada sanitasi jauh lebih murah dibandingkan menanggung beban ekonomi dan sosial akibat stunting di masa depan. "Anak yang stunting bukan hanya pendek, tapi juga bisa mengalami gangguan kognitif. Ini akan berdampak panjang bagi produktivitas bangsa," tambahnya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara saat ini juga menggandeng sekolah-sekolah dalam kampanye sanitasi sehat. Anak-anak diajarkan mencuci tangan dengan benar, menjaga kebersihan diri, serta memahami pentingnya air bersih. Mereka bahkan dilibatkan dalam lomba kebersihan antar kelas sebagai bagian dari pembentukan karakter.
Kesadaran warga terhadap pentingnya sanitasi telah berkembang menjadi budaya baru di beberapa gampong. Kini, gotong royong membersihkan lingkungan menjadi kegiatan rutin bulanan.
Dengan semangat gotong royong dan kepedulian, Aceh Utara terus melangkah menuju generasi bebas stunting—dimulai dari lingkungan yang bersih dan sehat. Seperti kata Jalaluddin, "Sanitasi sehat, anak sehat, masa depan kita kuat."
[Adv]
Via
Adv