Di Tengah Bencana Alam, JASA Bireuen Sampaikan Pesan Khusus di Momentum Milad GAM 4 Desember
0 menit baca
BIREUEN- Peringatan Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-49 yang jatuh pada Kamis, 4 Desember 2025, menjadi momentum reflektif bagi masyarakat Aceh, baik di tanah kelahiran maupun di perantauan. Momen ini bukan sekadar seremonial, melainkan saat untuk kembali menelaah sejarah panjang perjuangan Aceh dalam mempertahankan martabat dan hak-haknya.
Di tengah situasi Aceh yang sedang dirundung bencana banjir dan longsor, Ketua Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Bireuen, Tgk Mauliadi, menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda agar tidak melupakan makna besar dari tanggal bersejarah ini.
"4 Desember bukan sekadar simbol. Ini adalah tonggak sejarah yang harus terus diingat, dipahami, dan diwariskan kepada generasi berikutnya," ujar Tgk Mauliadi kepada media ini, Rabu (03/12/2025).
4 Desember: Sejarah yang Tak Boleh Dipelintir
Tgk Mauliadi menjelaskan bahwa 49 tahun lalu, tepat pada 4 Desember 1976, Hasan Tiro mendeklarasikan Aceh Merdeka di Tiro, Pidie. Deklarasi tersebut, tegasnya, merupakan bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang dirasakan rakyat Aceh, terutama terkait eksploitasi sumber daya alam serta pelanggaran hak-hak dasar masyarakat Aceh pada masa itu.
"4 Desember adalah simbol perjuangan bangsa Aceh terhadap ketidakadilan dan bentuk perlawanan atas perlakuan yang dianggap tidak menghargai harga diri orang Aceh. Ini momentum penting untuk merefleksikan perjalanan kita," katanya.
Ia mengatakan, generasi Aceh hari ini harus memahami secara jernih bahwa perjuangan para pendahulu bukan sekadar tentang konflik bersenjata, melainkan tentang mempertahankan martabat bangsa.
"Jangan sampai generasi muda dibutakan oleh propaganda yang memutarbalikkan sejarah, seolah-olah para syuhada itu pemberontak atau pengkhianat. Itu narasi yang ingin menghapus sejarah Aceh," tegasnya.
Mengapa 4 Desember Hanya Dirayakan di Aceh?
Menurut Tgk Mauliadi, peringatan ini memiliki konteks sejarah yang sangat spesifik bagi rakyat Aceh sehingga wajar jika hanya dimaknai secara khusus di bumi Serambi Mekkah.
"Di luar Aceh, mungkin tanggal ini tidak berarti apa-apa. Tapi bagi kita, 4 Desember adalah bagian dari identitas dan memori kolektif perjuangan. Ini hari untuk mengingat darah, keringat, dan air mata para pejuang," ujarnya.
Ia menegaskan, peringatan ini bukan untuk membuka luka lama, tetapi sebagai pengingat bahwa sejarah Aceh tidak boleh dilupakan.
"Konflik bersenjata memang telah berakhir setelah MoU Helsinki 2005. Tapi semangat memperjuangkan martabat dan hak-hak Aceh tidak boleh padam," tambahnya.
Seruan Edukasi: Generasi Muda Harus Melek Sejarah
Tgk Mauliadi menilai generasi muda, khususnya mahasiswa Aceh, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga nilai perjuangan tanpa terjebak provokasi atau narasi keliru.
"Perjuangan hari ini bukan lagi dengan senjata, tapi dengan ilmu, inovasi, dan kerja keras. Kita harus membangun Aceh tanpa kehilangan jejak sejarah," katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga perdamaian yang telah dibangun sejak penandatanganan MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005.
"Dialog dan rekonsiliasi adalah pelajaran terbesar dari masa lalu. Kedamaian ini harus dirawat," tegasnya.
Harapan untuk Aceh: Lanjutkan Perjuangan dengan Martabat
Di akhir penyampaiannya, Tgk Mauliadi berharap momentum Milad GAM dijadikan sebagai dorongan untuk memperbaiki kondisi Aceh dan memastikan perjanjian damai benar-benar dijalankan.
"Perjuangan kita sekarang adalah melawan kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan, terutama kegagalan pemerintah pusat dalam mengimplementasikan UUPA sesuai Butir-Butir MoU Helsinki. Itu harus diperjuangkan dengan cara bermartabat," pungkasnya.(MS)