BI Ungkap Penyebab Rupiah Melemah hingga Rp16.500 per Dolar AS

Gubernur BI, Perry Warjiyo

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengungkap penyebab pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menembus lebih dari Rp16.500 per dolar Amerika Serikat (AS). Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyebut tekanan global dan domestik menjadi faktor utama.

"Beberapa hari yang lalu, dan dalam minggu terakhir ini, ada tekanan dari global dan domestik sehingga melemah menjadi Rp16.500. Kami terus berkomitmen kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Senin (22/9/2025).

Perry menjelaskan, kondisi rupiah dalam beberapa bulan terakhir sebenarnya cenderung stabil. Bahkan, sebelumnya rupiah sempat menembus level Rp17.000 per dolar AS saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada April 2025.

"Pada awal April 2025, saat pengumuman tarif resiprokal, rupiah pernah mencapai sekitar Rp17.000 bahkan lebih. Namun setelah langkah stabilisasi yang kami lakukan, sempat menguat ke Rp16.300 beberapa hari lalu," jelas Perry.

Untuk menjaga stabilitas, BI melakukan intervensi melalui pasar valuta asing luar negeri non-deliverable forward (NDF), transaksi spot dan domestik, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) Sekunder guna menambah likuiditas.

"Kami memandang nilai tukar rupiah adalah salah satu bagian penting dari stabilitas perekonomian dan stabilitas negara," tegas Perry. 
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru