Dinas Kesehatan Lhokseumawe Gaungkan 'Broh Jeut Keu Peng': Sampah Jadi Uang, Penyakit Bisa Ditangkal

Walikota Lhokseumawe, Sayuti Abubakar, memimpin konfernsi pers ekspose skema dan model penanganan sampah secara komperhensif yang berlangsung di Aula Hotel Rajawali setempat, Sabtu (19/4).

LHOKSEUMAWE – Di tengah geliat pembangunan Kota Lhokseumawe yang terus bergulir, Pemerintah Kota melalui Dinas Kesehatan menegaskan bahwa kesehatan lingkungan bukan hanya soal kebersihan semata, tetapi juga soal perubahan budaya hidup masyarakat. Hal ini sejalan dengan program andalan Walikota Lhokseumawe Dr Sayuti Abubakar SH MH dan Wakil Walikota Husaini SE. bertajuk "Broh Jeut Keu Peng" —sampah bisa menjadi uang.

Program ini bukan sekadar slogan. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Safwaliza, S.Kep, M.K.M, melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Zainal Abidin, S.K.M, gerakan memilah dan mengelola sampah menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi menjaga kesehatan lingkungan dan mencegah penyebaran penyakit menular.

"Jika kita membiarkan sampah berserakan, kita sedang mengundang vektor penyakit seperti lalat dan kecoa. Mereka ini bisa menjadi agen penyebar bakteri E.coli, yang kerap berpindah dari tempat sampah ke sarana makan seperti meja, piring, gelas, dan makanan itu sendiri," jelas Zainal.

Dampaknya? Penyakit seperti diare mengancam masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil. Zainal menambahkan, "Bila ibu hamil terkena diare parah, bukan hanya membahayakan kesehatan dirinya, tapi kehamilan pun bisa terganggu, bahkan dalam kasus tertentu perlu ditunda atau digugurkan untuk menyelamatkan sang ibu."

Lebih jauh, ia menggambarkan rantai penularan yang kerap dianggap remeh. "Bayangkan seekor lalat hinggap di kotoran, lalu terbang ke kue di atas meja. Kita makan kue itu, tanpa sadar kita juga menelan kuman. Begitu sederhananya cara penyakit berpindah," katanya.

Karena itu, Dinas Kesehatan mendorong seluruh warga kota agar aktif memilah sampah rumah tangga—organik dan non-organik—dan tidak membuangnya sembarangan. Sampah yang dikelola dengan baik tidak hanya menghindarkan penyakit, tapi juga bisa menjadi sumber pendapatan, melalui bank sampah atau daur ulang.

"Broh Jeut Keu Peng bukan cuma program ekonomi, tapi juga program kesehatan. Ketika sampah dikelola, kita tidak hanya menjaga lingkungan, tapi juga melindungi keluarga dari ancaman penyakit," tegas Zainal.

Gerakan ini juga menyasar sektor pendidikan dan fasilitas umum. Sekolah-sekolah diimbau menanamkan kebiasaan memilah sampah kepada anak sejak dini. Sementara pasar, warung makan, hingga perkantoran diajak menjaga kebersihan lingkungannya agar tidak menjadi sarang vektor penyakit.

Dinas Kesehatan bahkan menyiapkan edukasi berbasis kampung melalui kader kesehatan dan posyandu, agar informasi tentang bahaya sampah dan pentingnya pengelolaan dapat sampai langsung ke masyarakat. "Kami libatkan tokoh masyarakat dan ibu-ibu PKK untuk jadi motor penggerak perubahan ini," tambah Zainal.

Warga pun mulai sadar, menjaga kebersihan adalah bentuk investasi. "Bila lingkungan bersih, lalat dan kecoa berkurang, penyakit bisa dicegah. Anak-anak sehat, biaya berobat pun bisa ditekan. Ini bukan soal kebersihan, ini soal kelangsungan hidup," ucap Zainal penuh keyakinan.

Kesadaran ini menjadi bagian penting dari visi dan misi Wali Kota Lhokseumawe yang menempatkan kesehatan lingkungan sebagai pilar utama dalam pembangunan kota. Pemerintah Kota Lhokseumawe ingin agar warganya tidak hanya hidup di kota yang bersih secara fisik, tapi juga sehat secara menyeluruh—baik dari sisi sanitasi, ekonomi, hingga kualitas hidup sehari-hari.

Zainal Abidin menegaskan, upaya ini tidak akan berhasil tanpa partisipasi aktif seluruh warga. "Kesehatan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah menyediakan edukasi dan fasilitas, tapi masyarakat yang memegang peran utama sebagai pelaku perubahan. Keluarga adalah benteng pertama untuk mencegah penyakit, dimulai dari bagaimana mereka mengelola sampah di rumah."

Ke depan, Dinas Kesehatan akan terus memperluas jangkauan program edukasi berbasis komunitas dan menjalin kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat, pesantren, hingga pelaku usaha lokal. Harapannya, semangat Broh Jeut Keu Peng tak hanya menjadi slogan, tetapi tumbuh menjadi budaya hidup masyarakat Kota Lhokseumawe yang peduli akan kebersihan, kesehatan, dan masa depan yang lebih baik.

Melalui sinergi lintas sektor dan dukungan masyarakat, Kota Lhokseumawe sedang mengubah paradigma: dari kota dengan masalah sampah menjadi kota yang memetik manfaat dari sampah. Dan semuanya dimulai dari satu kesadaran sederhana: jangan buang sampah sembarangan. [Adv]
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru