Relawan Pembawa Bantuan ke Aceh Tamiang Dianiaya Aparat TNI-Polri Bersenjata Lengkap
0 menit baca
ACEH UTARA- Dugaan tindakan represif aparat bersenjata lengkap kembali mencoreng upaya kemanusiaan di Aceh. Sejumlah relawan dan warga sipil yang membawa bantuan kemanusiaan ke Kabupaten Aceh Tamiang mengaku mengalami penganiayaan oleh aparat TNI saat melintas di wilayah Aceh Utara, Kamis malam, 25 Desember 2025.
Rafi (nama samaran), salah satu relawan dalam rombongan, mengungkapkan keheranannya atas sikap aparat TNI/Polri yang menuding para relawan membawa Bendera Bulan Bintang. Tuduhan tersebut, kata Rafi, sama sekali tidak berdasar dan tidak relevan dengan misi kemanusiaan yang mereka lakukan.
"Kami datang murni untuk kemanusiaan. Tidak ada agenda politik apa pun. Tapi kami diperlakukan secara tidak manusiawi," ujar Rafi kepada awak media di lokasi kejadian.
Menurut Rafi, lebih dari 1.000 relawan dari berbagai daerah-mulai dari Banda Aceh, Pidie, Bireuen, hingga kabupaten lainnya-bergerak bersama membawa logistik bantuan bagi korban banjir bandang di Aceh Tamiang. Selain menyalurkan bantuan, para relawan juga berniat membantu membersihkan permukiman warga dari lumpur dan tumpukan kayu sisa banjir.
Rombongan yang menggunakan sekitar 200 unit kendaraan itu berkumpul di Beureuneun, Kabupaten Pidie, sebelum melanjutkan perjalanan. Namun, setibanya di Gampong Mane Tunong, tepatnya di ujung Jembatan Krueng Mane, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, mereka dihentikan oleh ratusan aparat TNI-Polri bersenjata lengkap.
Patauan Media ini Di lokasi kejadian tersebut, aparat melakukan pemeriksaan ketat terhadap kendaraan bantuan sejak sekitar pukul 18.30 WIB hingga 23.00 WIB malam. Ketegangan meningkat ketika sebagian relawan menolak cara pemeriksaan yang dinilai memaksa dan intimidatif.
Situasi kemudian berubah menjadi brutal. Berdasarkan kesaksian para relawan, aparat TNI-Polri diduga melakukan pemukulan, penendangan, hingga menginjak-injak relawan. Bahkan, sejumlah relawan dipukul menggunakan popor senjata laras panjang hingga tersungkur ke badan jalan.
Salah seorang relawan mengalami luka serius di bagian kepala setelah dihantam popor senjata. Darah segar terlihat mengucur dari kepalanya. Relawan lainnya juga mengalami lebam dan cedera akibat tendangan dan pukulan bertubi-tubi.
Tak hanya relawan, seorang warga sipil yang berupaya melerai aksi kekerasan tersebut juga ikut menjadi korban pemukulan.
"Satu relawan terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Fauziah karena luka parah di bagian kepala," ungkap Rafi.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, aparat TNI yang terlibat dalam insiden tersebut berada di bawah jajaran Korem Lilawangsa, Kodam Iskandar Muda. Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak TNI maupun Polri terkait peristiwa tersebut.
Saat ini, aksi penyisiran (sweeping) disebut telah dihentikan. Namun aparat TNI-Polri masih terlihat berjaga di lokasi kejadian, memicu ketakutan dan trauma di kalangan masyarakat.