Ayo Cegah TBC Sejak Dini: Komitmen Kota Lhokseumawe Menuju Masyarakat Bebas Tuberkulosis

Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Safwaliza, S.Kep., M.K.M

LHOKSEUMAWE - Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan serius dalam dunia kesehatan, termasuk di Kota Lhokseumawe. Penyakit menular yang menyerang paru-paru ini tidak hanya berisiko bagi individu, tetapi juga bisa menyebar dengan cepat di lingkungan masyarakat yang padat dan memiliki sanitasi buruk.

Data terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Juni 2025, tercatat sebanyak 502 warga terdiagnosis tuberkulosis. Dari jumlah tersebut, 186 adalah perempuan, sementara 316 lainnya adalah laki-laki. Mayoritas penderitanya berada dalam rentang usia produktif, yakni antara 35 hingga 45 tahun.

"Di antara 502 orang tersebut, empat di antaranya meninggal dunia," ungkap Ichsan Nanda, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, saat didampingi Penanggung Jawab Penyakit Menular Langsung, Rachmadyani, Selasa (8/7/2025).

Angka ini menunjukkan bahwa TBC masih menjadi penyakit yang perlu ditanggulangi dengan lebih serius. Terlebih, pada tahun 2024 lalu, jumlah penderita TBC di Lhokseumawe bahkan mencapai 1.052 kasus.

"Batuk tidak sembuh-sembuh lebih dari dua minggu harus segera diperiksa. Tapi perlu diketahui, tidak semua penderita menunjukkan gejala batuk," tambah Ichsan, merujuk pada temuan lapangan bahwa beberapa kasus TBC tidak disertai gejala khas, sehingga sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan laboratorium.

Edukasi dan Deteksi Dini Jadi Kunci

Menanggapi data tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Safwaliza, S.Kep., M.K.M., menegaskan komitmennya dalam memperkuat edukasi masyarakat dan memperluas layanan deteksi dini. Melalui Puskesmas dan kader kesehatan, warga terus diberi pemahaman tentang pentingnya mengenali gejala TBC serta melakukan pemeriksaan dini.

Untuk pengobatan, pemerintah menyediakan Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) secara gratis di seluruh fasilitas kesehatan milik pemerintah. Obat ini wajib diminum secara teratur sesuai anjuran dokter, umumnya selama enam hingga sembilan bulan, tergantung kondisi pasien.

"Insya Allah sembuh jika pasien patuh minum obat. Karena itu penting ada pendampingan, edukasi, dan dukungan keluarga," ujar Safwaliza.

Melalui sistem pendampingan, petugas Puskesmas dan kader kesehatan rutin memantau kepatuhan pasien. Hal ini dilakukan untuk mencegah resistensi obat yang bisa muncul jika pasien berhenti di tengah jalan.

Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat

Faktor lingkungan dan perilaku hidup sehat menjadi penentu utama dalam mencegah penularan TBC. Dinas Kesehatan mencatat bahwa sebagian besar penderita berasal dari lingkungan padat dan kurang memiliki ventilasi udara yang baik.

"Sanitasi buruk dan kebiasaan merokok memperparah risiko tertular. Kami sangat menganjurkan masyarakat untuk hidup bersih dan tidak merokok, terutama di dalam rumah," tegas Safwaliza.

Dinkes Lhokseumawe juga menggandeng berbagai pihak seperti sekolah, pesantren, organisasi masyarakat, dan media lokal dalam upaya menyebarluaskan informasi tentang TBC. Pemeriksaan massal, kampanye hidup sehat, serta pelatihan kader TBC menjadi bagian dari langkah bersama menekan laju penyakit ini.

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan tenaga medis. Keluarga dan komunitas harus terlibat aktif," tambah Safwaliza.

Menuju Eliminasi TBC 2030

Sebagai bagian dari target nasional, Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe optimistis bisa mencapai eliminasi TBC pada 2030, melalui strategi Temukan, Obati Sampai Sembuh (TOSS) yang terus dikampanyekan.

Dengan jumlah penduduk yang padat dan mobilitas tinggi, tantangannya memang tidak kecil. Namun, dengan kolaborasi dan kesadaran bersama, harapan untuk bebas dari TBC bukanlah angan-angan.

Menutup wawancara, Safwaliza mengajak seluruh masyarakat Lhokseumawe untuk aktif dalam pencegahan TBC. Mulai dari menjaga kesehatan diri, memeriksakan diri jika mengalami gejala, hingga mendukung lingkungan sehat dan terbuka bagi pasien yang sedang berobat.

"Jangan tunggu sakit baru peduli. Cegah lebih baik daripada mengobati. Mari kita bersama-sama wujudkan Lhokseumawe yang sehat dan bebas dari TBC," pungkasnya penuh semangat. [Adv]

Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat dapat menghubungi Puskesmas terdekat atau mengakses layanan resmi Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe melalui saluran informasi publik yang tersedia.
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru