Aceh Utara
Adv
Dinkes Acut
Cegah Pencemaran Air, Dinkes Aceh Utara Dorong Pembuatan Septic Tank Sesuai Standar STBM
ACEH UTARA - Dalam upaya menjaga kualitas air dan lingkungan yang sehat bagi masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara terus mendorong pembangunan septic tank yang baik dan benar sesuai prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menekan pencemaran air akibat limbah tinja, terutama bakteri Escherichia coli (E. coli) yang dapat membahayakan kesehatan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, MKes melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Samsul Bahri, SKM, MKM menjelaskan, septic tank yang tidak dibangun sesuai standar bisa menjadi sumber utama pencemaran air tanah. "Kami menemukan masih banyak masyarakat yang membangun septic tank secara asal-asalan, tidak kedap air, dan terlalu dekat dengan sumber air minum," ujarnya, Rabu (09/7/2025).
Menurut Samsul Bahri, kondisi ini sangat berbahaya karena tinja yang meresap ke tanah dapat membawa bakteri E. coli ke sumur atau sumber air lainnya yang digunakan warga untuk mandi dan memasak. "Ini yang menyebabkan tingginya risiko diare, infeksi saluran pencernaan, bahkan stunting pada anak-anak," tambahnya.
STBM: Strategi Sanitasi Berbasis Partisipasi Masyarakat
Program STBM menjadi pendekatan yang digunakan Dinkes Aceh Utara dalam menangani masalah sanitasi ini. STBM adalah program nasional yang menekankan pada perubahan perilaku masyarakat tanpa subsidi langsung, agar masyarakat menyadari pentingnya sanitasi sehat secara mandiri.
"STBM bukan hanya tentang bangunan fisik, tapi soal kesadaran kolektif. Salah satu pilar pentingnya adalah stop buang air besar sembarangan dan penggunaan septic tank yang aman," jelas Samsul Bahri.
Dinkes Aceh Utara melalui puskesmas dan kader-kader kesehatan masyarakat telah rutin melakukan edukasi kepada masyarakat di desa-desa tentang tata cara pembuatan septic tank yang aman. Edukasi ini juga melibatkan sanitarian dan kader Posyandu, yang menjadi ujung tombak perubahan di lapangan.
Standar Septic Tank yang Aman
Samsul Bahri memaparkan, septic tank yang baik harus dibuat kedap air, memiliki jarak aman minimal 10 meter dari sumber air bersih, dan dilengkapi saluran ventilasi. "Jangan sampai kita mencemari air minum keluarga sendiri karena tidak hati-hati dalam membangun septic tank," tegasnya.
Ia menambahkan, masyarakat juga disarankan membuat resapan atau sumur peresapan yang tepat agar limbah cair tidak mencemari lingkungan. Teknologi yang sederhana seperti bio-septic tank juga sudah mulai diperkenalkan di beberapa desa percontohan.
Dampak septic tank yang tidak standar sangat nyata. Dinas Kesehatan mencatat, banyak kasus diare yang terjadi di kawasan pedesaan dapat ditelusuri ke sanitasi yang buruk. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan.
"Kalau kita biarkan, bukan hanya penyakit yang meningkat, tapi biaya pengobatan juga akan membebani keluarga. Maka lebih baik kita cegah dari sekarang," kata Samsul.
Untuk menyukseskan gerakan ini, Dinas Kesehatan Aceh Utara menggandeng para keuchik, tokoh agama, dan lembaga pendidikan agar turut mengedukasi masyarakat. Sosialisasi juga dilakukan melalui media sosial, forum gampong, dan kegiatan Posyandu.
"Perubahan tidak bisa hanya datang dari pemerintah. Harus ada dukungan dari masyarakat sendiri. STBM menekankan itu — bahwa sanitasi adalah tanggung jawab bersama," tutup Samsul Bahri. [Adv]
Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, MKes melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Samsul Bahri, SKM, MKM menjelaskan, septic tank yang tidak dibangun sesuai standar bisa menjadi sumber utama pencemaran air tanah. "Kami menemukan masih banyak masyarakat yang membangun septic tank secara asal-asalan, tidak kedap air, dan terlalu dekat dengan sumber air minum," ujarnya, Rabu (09/7/2025).
Menurut Samsul Bahri, kondisi ini sangat berbahaya karena tinja yang meresap ke tanah dapat membawa bakteri E. coli ke sumur atau sumber air lainnya yang digunakan warga untuk mandi dan memasak. "Ini yang menyebabkan tingginya risiko diare, infeksi saluran pencernaan, bahkan stunting pada anak-anak," tambahnya.
STBM: Strategi Sanitasi Berbasis Partisipasi Masyarakat
Program STBM menjadi pendekatan yang digunakan Dinkes Aceh Utara dalam menangani masalah sanitasi ini. STBM adalah program nasional yang menekankan pada perubahan perilaku masyarakat tanpa subsidi langsung, agar masyarakat menyadari pentingnya sanitasi sehat secara mandiri.
"STBM bukan hanya tentang bangunan fisik, tapi soal kesadaran kolektif. Salah satu pilar pentingnya adalah stop buang air besar sembarangan dan penggunaan septic tank yang aman," jelas Samsul Bahri.
Dinkes Aceh Utara melalui puskesmas dan kader-kader kesehatan masyarakat telah rutin melakukan edukasi kepada masyarakat di desa-desa tentang tata cara pembuatan septic tank yang aman. Edukasi ini juga melibatkan sanitarian dan kader Posyandu, yang menjadi ujung tombak perubahan di lapangan.
Standar Septic Tank yang Aman
Samsul Bahri memaparkan, septic tank yang baik harus dibuat kedap air, memiliki jarak aman minimal 10 meter dari sumber air bersih, dan dilengkapi saluran ventilasi. "Jangan sampai kita mencemari air minum keluarga sendiri karena tidak hati-hati dalam membangun septic tank," tegasnya.
Ia menambahkan, masyarakat juga disarankan membuat resapan atau sumur peresapan yang tepat agar limbah cair tidak mencemari lingkungan. Teknologi yang sederhana seperti bio-septic tank juga sudah mulai diperkenalkan di beberapa desa percontohan.
Dampak septic tank yang tidak standar sangat nyata. Dinas Kesehatan mencatat, banyak kasus diare yang terjadi di kawasan pedesaan dapat ditelusuri ke sanitasi yang buruk. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan.
"Kalau kita biarkan, bukan hanya penyakit yang meningkat, tapi biaya pengobatan juga akan membebani keluarga. Maka lebih baik kita cegah dari sekarang," kata Samsul.
Untuk menyukseskan gerakan ini, Dinas Kesehatan Aceh Utara menggandeng para keuchik, tokoh agama, dan lembaga pendidikan agar turut mengedukasi masyarakat. Sosialisasi juga dilakukan melalui media sosial, forum gampong, dan kegiatan Posyandu.
"Perubahan tidak bisa hanya datang dari pemerintah. Harus ada dukungan dari masyarakat sendiri. STBM menekankan itu — bahwa sanitasi adalah tanggung jawab bersama," tutup Samsul Bahri. [Adv]
Via
Aceh Utara