Ketua JASA Bireuen Tarik Pasukan di Aceh Singkil: Respons Tegas atas Kepemimpinan Pusat

BIREUEN- Ketua JASA Kabupaten Bireuen, Tgk. Mauliadi Sulaiman, yang juga putra dari Eks Panglima GAM D-IV Wilayah Batee Iliek, secara resmi menarik seluruh anggota JASA yang sempat dikerahkan ke Aceh Singkil.

Penarikan ini merupakan reaksi atas keputusan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang akhirnya mengembalikan status kepemilikan empat pulau yang sebelumnya sempat direbut oleh Gubernur Sumatra Utara, sebagai bagian sah dari wilayah Aceh.

Dalam pernyataannya kepada TheAtjehNet, Tgk. Mauliadi menyatakan bahwa langkah ini bukan sekadar bentuk syukur, tetapi juga sinyal bahwa Aceh tidak tinggal diam ketika hak-haknya diinjak. Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen masyarakat Aceh-mulai dari perwakilan Aceh di DPR RI dan DPD RI, hingga tokoh-tokoh masyarakat di dalam dan luar daerah- yang telah berdiri tegak menjaga kehormatan dan kedaulatan Aceh di tengah ancaman penggerusan wilayah.

Secara khusus, Tgk. Mauliadi menyoroti peran mahasiswa Aceh yang menunjukkan konsistensi, militansi, dan solidaritas tinggi dalam membela marwah daerah. "Mahasiswa Aceh telah membuktikan bahwa mereka bukan hanya generasi penerus, tetapi garda terdepan penjaga identitas dan hak-hak konstitusional rakyat Aceh," ujarnya.

Namun, kritik keras dilontarkan terhadap Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian yang dianggap menjadi biang keladi kegaduhan ini. Tgk. Mauliadi menilai Tito telah mencederai semangat rekonsiliasi pasca MoU Helsinki 2005 dan memantik kembali bara konflik yang telah lama diredam.

"Ulah Tito Karnavian bukan hanya bentuk pengabaian terhadap sejarah dan perjanjian damai, tetapi juga provokasi terbuka terhadap semangat keadilan dan otonomi yang telah diperjuangkan rakyat Aceh dengan darah dan air mata. Presiden harus mengambil sikap tegas: mencopot Tito dari jabatannya sebelum bara kecil ini berubah menjadi nyala api yang tak terbendung," tegasnya.

Penarikan pasukan JASA dari Aceh Singkil merupakan sinyal bahwa rakyat Aceh siap berdamai, tetapi tidak akan tunduk. Damai bukan berarti lemah, dan diam bukan berarti takut. Ketika martabat Aceh diinjak, maka jangan salahkan jika rakyatnya kembali berontak dengan lantang.(MS)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru