Dinas Kesehatan Genjot Pilar Pertama STBM, Targetkan Seluruh Gampong Capai Status ODF

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, Jalaluddin, SKM., M.Kes., memantau peralatan medis di Puskesmas Kecamatan Matangkuli pada Rabu, 21 Mei 2025

ACEH UTARA - Dinas Kesehatan Aceh Utara terus menggalakkan langkah konkret untuk menciptakan lingkungan sehat dan bermartabat bagi seluruh warganya. Salah satu fokus utama tahun ini adalah mempercepat implementasi pilar pertama Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yakni stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), yang ditargetkan tuntas di seluruh gampong dalam waktu dekat.

"Kami ingin setiap gampong di Aceh Utara menjadi wilayah yang bebas dari praktik buang air besar sembarangan. Ini bukan sekadar pembangunan jamban, tapi perubahan perilaku masyarakat untuk hidup lebih sehat dan beradab," ujar Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes, saat ditemui di ruang kerjanya pekan ini.

Pilar pertama STBM yaitu stop BABS menjadi fondasi awal dalam mewujudkan lingkungan bersih. Jalaluddin menjelaskan bahwa perilaku BABS yang masih terjadi di sebagian gampong menjadi penyumbang utama tingginya angka penyakit berbasis lingkungan seperti diare, stunting, dan infeksi kulit.

"Tantangan utamanya bukan semata-mata soal infrastruktur, tapi juga soal kebiasaan yang sudah berlangsung puluhan tahun. Inilah yang kami ubah perlahan melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan kultural," jelasnya.

Melalui dukungan sanitarian di puskesmas, kader kesehatan, hingga tokoh agama dan aparatur gampong, Dinas Kesehatan membangun kesadaran dari akar rumput. Pendekatan dari rumah ke rumah (door to door), kampanye STBM, hingga musyawarah desa dijadikan wadah penyadaran kolektif.

Percepatan Menuju Gampong ODF

Status Open Defecation Free (ODF) atau bebas dari BABS menjadi indikator awal keberhasilan program ini. Sejumlah gampong di Kabupaten Aceh Utara, telah dinyatakan ODF dan menjadi contoh nyata bahwa perubahan itu bisa dimulai dari komunitas kecil.

"Gampong-gampong yang telah mencapai status ODF akan menjadi model pembelajaran bagi desa lainnya. Ini bukan kompetisi, tapi gerakan sosial yang menyatukan kita dalam satu tujuan besar: Aceh Utara yang sehat dan bermartabat," tegas Jalaluddin.

Dinas Kesehatan juga telah memetakan gampong-gampong yang masih memerlukan intervensi lebih dalam. Pemetaan ini penting untuk mengarahkan sumber daya, edukasi, dan pendampingan secara efektif.

Peran Kolaboratif dan Swadaya

Program STBM di Aceh Utara bukan program top-down. Jalaluddin menyebutkan bahwa keberhasilannya sangat ditentukan oleh kolaborasi lintas sektor dan inisiatif warga itu sendiri. Banyak gampong kini secara swadaya membangun jamban keluarga tanpa menunggu bantuan dari pemerintah.

"Kami mendorong semangat gotong royong. Pemerintah hadir sebagai fasilitator dan pendamping. Tapi yang paling menentukan adalah kesadaran masyarakat sendiri bahwa kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama," katanya.

Dengan langkah-langkah terukur dan keterlibatan aktif masyarakat, Dinas Kesehatan optimis mewujudkan 100% gampong ODF. "Jika kita bersatu, Aceh Utara bebas BABS bukan sekadar mimpi. Ini adalah amanah kesehatan, kehormatan, dan masa depan generasi kita," pungkas Jalaluddin.

Sekilas Tentang STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan nasional berbasis pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan akses sanitasi layak. STBM memiliki lima pilar, dimulai dari pilar pertama yakni stop BABS, disusul cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Lebih dari sekadar program sanitasi, STBM telah menjadi gerakan sosial di tengah masyarakat Aceh Utara. Perubahan yang lahir dari bawah ini menunjukkan bahwa ketika warga dilibatkan secara langsung, mereka akan menjadi bagian dari solusi. Di sejumlah gampong, inisiatif warga seperti arisan jamban, gotong royong membangun sanitasi, dan pengawasan antarkeluarga menjadi kekuatan utama.

Dalam setiap langkah sosialisasi, para kader kesehatan dan sanitarian puskesmas menjadi ujung tombak perubahan. Mereka menyusuri jalan-jalan kecil, mengetuk pintu rumah warga, berdialog, dan memotivasi secara sabar. Jalaluddin menyebut peran mereka sebagai "pasukan senyap" yang membawa perubahan besar tanpa sorotan.

"Kader-kader kita adalah pejuang sanitasi. Mereka bekerja dalam diam, namun berdampak nyata bagi kehidupan warga," ungkapnya.

Untuk mengubah perilaku yang telah turun-temurun, Dinas Kesehatan memanfaatkan pendekatan budaya dan agama. Melibatkan tokoh agama, pimpinan dayah, hingga imam meunasah dalam ceramah atau khutbah Jumat menjadi strategi yang efektif. Pesan kebersihan pun disampaikan sebagai bagian dari iman dan tanggung jawab sosial.

Data Jadi Dasar Gerak Cepat

Di balik gerakan STBM yang masif, Dinas Kesehatan Aceh Utara juga mengandalkan pemetaan data sebagai dasar keputusan. Setiap Puskesmas secara berkala melaporkan capaian dan hambatan lapangan. Data ini digunakan untuk menentukan gampong prioritas, menyesuaikan pendekatan, dan mengukur dampak jangka pendek maupun panjang.

Jalaluddin menegaskan bahwa program ini tidak bersifat memaksa, namun mendorong kesadaran kolektif. "Kami tidak datang dengan ancaman atau sanksi. Kami datang dengan pendekatan yang manusiawi, karena kami percaya bahwa perubahan sejati hanya terjadi ketika masyarakat merasa dihargai dan diberi peran," jelasnya.

Dengan lingkungan yang bersih, akses jamban yang layak, dan perilaku hidup bersih yang melekat, Aceh Utara bukan hanya membangun sanitasi—tapi juga menyiapkan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan tangguh. "Inilah warisan terbesar yang ingin kami tinggalkan: kebiasaan baik yang terus hidup di tengah masyarakat," tutup Jalaluddin penuh harap. [Adv]
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru