Ekbis
HL
BPOM Aceh Temukan Kerupuk Tempe dan Mie Diduga Mengandung Bahan Berbahaya di Warung Kopi
BANDA ACEH – Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh bersama Satuan Karya (SAKA) Pramuka POM Aceh menemukan adanya kerupuk tempe dan mie yang diduga mengandung bahan berbahaya dijual di sejumlah warung kopi di Banda Aceh.
Temuan itu diperoleh setelah tim gabungan melakukan inspeksi dalam kegiatan Sanger Ureueng Aceh di lima warung kopi pada Kamis (18/9).
"Tim melakukan tribakti pangan aman yang meliputi pengujian sederhana, pemantauan lapangan, serta edukasi kepada pemilik warung mengenai pentingnya penyajian pangan yang aman. Dari hasil pemeriksaan, kami mendapati sampel kerupuk tempe dan mie yang diduga mengandung bahan berbahaya," kata petugas BPOM Aceh, Rosihan Maulana Arby, Jumat (19/9).
Rosihan menjelaskan, sampel pangan yang dicurigai tersebut kini sudah dibawa ke laboratorium BPOM Aceh untuk uji konfirmasi lebih lanjut guna memastikan kandungan berbahayanya.
Ia menambahkan, Sanger Ureueng Aceh merupakan inovasi kolaboratif antara BPOM Aceh dan SAKA POM. Program ini dirancang untuk mendekatkan pengawasan pangan langsung ke masyarakat melalui warung kopi yang menjadi ikon budaya Aceh.
"Dengan pendekatan ini, kami ingin mengajak pelaku usaha lebih peduli terhadap keamanan pangan. Warung kopi bukan sekadar tempat berkumpul, tetapi juga bisa menjadi ruang edukasi guna menciptakan lingkungan pangan yang sehat dan aman," ujarnya.
Sebagai bentuk apresiasi, warung kopi yang memenuhi standar keamanan pangan diberikan stiker khusus bertuliskan Sanger Ureueng Aceh bersama SAKA POM. Stiker tersebut menjadi tanda komitmen pelaku usaha dalam menjaga pangan yang aman dan terpercaya.
Rosihan berharap inovasi ini dapat meningkatkan kesadaran para pengelola warung kopi untuk hanya menyajikan produk yang aman serta bermutu kepada konsumennya.
"Selain memberikan perlindungan bagi masyarakat, kegiatan ini juga bertujuan memperkuat kepercayaan publik bahwa pangan yang dikonsumsi di warung kopi benar-benar terjamin," pungkasnya.
Ke depan, BPOM Aceh berkomitmen memperluas program Sanger Ureueng Aceh ke lebih banyak titik di daerah, sembari mendorong partisipasi masyarakat agar bersama-sama menjaga keamanan pangan di Aceh.
Temuan itu diperoleh setelah tim gabungan melakukan inspeksi dalam kegiatan Sanger Ureueng Aceh di lima warung kopi pada Kamis (18/9).
"Tim melakukan tribakti pangan aman yang meliputi pengujian sederhana, pemantauan lapangan, serta edukasi kepada pemilik warung mengenai pentingnya penyajian pangan yang aman. Dari hasil pemeriksaan, kami mendapati sampel kerupuk tempe dan mie yang diduga mengandung bahan berbahaya," kata petugas BPOM Aceh, Rosihan Maulana Arby, Jumat (19/9).
Rosihan menjelaskan, sampel pangan yang dicurigai tersebut kini sudah dibawa ke laboratorium BPOM Aceh untuk uji konfirmasi lebih lanjut guna memastikan kandungan berbahayanya.
Ia menambahkan, Sanger Ureueng Aceh merupakan inovasi kolaboratif antara BPOM Aceh dan SAKA POM. Program ini dirancang untuk mendekatkan pengawasan pangan langsung ke masyarakat melalui warung kopi yang menjadi ikon budaya Aceh.
"Dengan pendekatan ini, kami ingin mengajak pelaku usaha lebih peduli terhadap keamanan pangan. Warung kopi bukan sekadar tempat berkumpul, tetapi juga bisa menjadi ruang edukasi guna menciptakan lingkungan pangan yang sehat dan aman," ujarnya.
Sebagai bentuk apresiasi, warung kopi yang memenuhi standar keamanan pangan diberikan stiker khusus bertuliskan Sanger Ureueng Aceh bersama SAKA POM. Stiker tersebut menjadi tanda komitmen pelaku usaha dalam menjaga pangan yang aman dan terpercaya.
Rosihan berharap inovasi ini dapat meningkatkan kesadaran para pengelola warung kopi untuk hanya menyajikan produk yang aman serta bermutu kepada konsumennya.
"Selain memberikan perlindungan bagi masyarakat, kegiatan ini juga bertujuan memperkuat kepercayaan publik bahwa pangan yang dikonsumsi di warung kopi benar-benar terjamin," pungkasnya.
Ke depan, BPOM Aceh berkomitmen memperluas program Sanger Ureueng Aceh ke lebih banyak titik di daerah, sembari mendorong partisipasi masyarakat agar bersama-sama menjaga keamanan pangan di Aceh.
Via
Ekbis