Aceh Utara
Adv
Dinkes Acut
HL
Pilar Demi Pilar: Perjalanan Aceh Utara Menuntaskan Lima Pilar STBM
Plt Kepala dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes sidak UPTD Puskesmas Syamtalira Aron, beberapa waktu lalu |
ACEH UTARA - Kabupaten Aceh Utara kembali menorehkan capaian positif di sektor kesehatan masyarakat. Dalam senyap namun pasti, daerah ini tengah menapaki perjalanan penting menuju tuntasnya pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Lima Pilar—sebuah pendekatan strategis dalam meningkatkan kualitas hidup warga melalui perubahan perilaku higienis dan sanitasi yang berkelanjutan.
STBM bukan sekadar program. Ia adalah gerakan perubahan budaya hidup sehat. Lima pilarnya mencakup: 1) Stop buang air besar sembarangan, 2) Cuci tangan pakai sabun, 3) Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, 4) Pengelolaan sampah rumah tangga, dan 5) Pengelolaan limbah cair rumah tangga. Setiap pilar adalah fondasi, dan Aceh Utara terus memperkuatnya satu demi satu.
Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes., komitmen pemerintah daerah dalam menuntaskan lima pilar STBM bukan hanya bentuk kepatuhan terhadap kebijakan nasional, tetapi juga panggilan moral untuk melindungi generasi mendatang.
"Kami tidak ingin ada anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat. STBM adalah investasi jangka panjang bagi masa depan daerah," ujar Jalaluddin, Senin (7/7/2025).
Perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Dari segi geografis, banyak desa di Aceh Utara tersebar di daerah terpencil, sebagian sulit dijangkau. Namun, berkat pendekatan berbasis komunitas, program STBM diintegrasikan ke dalam kegiatan sosial warga, didukung penuh oleh kader kesehatan dan tokoh masyarakat setempat.
Sejumlah kecamatan seperti Tanah Jambo Aye, Seunuddon, dan Cot Girek telah menunjukkan progres signifikan. Di desa-desa tersebut, tidak hanya praktik buang air sembarangan yang berhasil dieliminasi, tetapi kesadaran untuk mencuci tangan dan mengelola sampah rumah tangga juga kian meningkat.
Dinas Kesehatan Aceh Utara sendiri aktif melakukan pendampingan teknis dan edukasi rutin melalui Puskesmas dan Posyandu. Masyarakat dilibatkan sejak awal, mulai dari pemetaan masalah hingga solusi berbasis kearifan lokal.
"Keberhasilan STBM ini adalah hasil kolaborasi. Kami tidak bisa kerja sendiri. Yang terpenting adalah perubahan perilaku. Itulah tantangan terbesar, tapi juga peluang emas," tambah Jalaluddin.
Salah satu momen penting dalam perjalanan ini adalah saat 100% desa dinyatakan Open Defecation Free (ODF) secara mandiri. Status ini menjadi simbol kebangkitan budaya hidup sehat yang tumbuh dari bawah, bukan sekadar hasil intervensi dari atas.
Himbauan Kesehatan: Mulai dari Rumah Kita Sendiri
Dinas Kesehatan Aceh Utara mengimbau seluruh masyarakat agar memulai kebiasaan hidup bersih dan sehat dari lingkungan terkecil, yaitu rumah tangga. Mulailah dengan membiasakan mencuci tangan pakai sabun setelah buang air, sebelum makan, dan sebelum menyentuh bayi. Jangan tunggu sakit datang baru berubah—karena pencegahan jauh lebih murah dan lebih mudah.
Air bersih juga menjadi kunci. Gunakan air yang telah dimasak atau disaring untuk keperluan konsumsi. Jangan abaikan sampah rumah tangga—pisahkan sampah organik dan anorganik, serta buanglah di tempat yang disediakan. Begitu juga dengan limbah cair seperti air cucian dan dapur, yang harus dialirkan ke saluran pembuangan agar tidak mencemari lingkungan.
"STBM bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Ini adalah tanggung jawab bersama. Dari setiap kepala keluarga, setiap ibu rumah tangga, dan bahkan anak-anak," tegas Jalaluddin.
Kunci keberhasilan lainnya adalah penyuluhan terus-menerus dan pendekatan persuasif. Petugas kesehatan tidak hanya memberi arahan, tapi juga mendengar dan berdialog dengan masyarakat tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan secara nyata di lapangan.
Kini, perhatian pemerintah kabupaten berfokus pada dua pilar terakhir yang tergolong paling menantang: pengelolaan sampah dan limbah cair rumah tangga. Kedua hal ini berkaitan erat dengan infrastruktur dan perilaku. Tapi semangat tak pernah surut.
"Kami menyadari bahwa menuntaskan lima pilar STBM butuh waktu dan kesabaran. Tapi setiap langkah yang kami tempuh adalah langkah menuju masyarakat Aceh Utara yang lebih sehat dan bermartabat," tegas Jalaluddin.
Edukasi Berkelanjutan di Tengah Masyarakat
Sebagai bentuk penguatan, Aceh Utara juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan sektor pendidikan. Di sekolah-sekolah, edukasi perilaku hidup bersih dan sehat mulai ditanamkan sejak dini agar menjadi kebiasaan yang melekat seumur hidup.
"Anak-anak kita adalah agen perubahan. Jika mereka tumbuh dalam budaya hidup bersih, maka masa depan Aceh Utara juga akan bersih dan sehat," ujar Kabid Kesmas Dinkes Aceh Utara, Samsul Bahri, SKM, MKM.
Melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan penuh empati, Aceh Utara kini menjadi salah satu daerah rujukan di Aceh dalam pelaksanaan STBM Lima Pilar. Capaian ini bukanlah akhir, melainkan awal dari budaya sehat yang ingin diwariskan.
Dari satu desa ke desa lain, dari satu rumah ke rumah lainnya, STBM terus bergaung. Dan di balik setiap pilar yang kokoh berdiri, ada semangat kolektif masyarakat Aceh Utara yang percaya: sehat adalah hak, dan bersih adalah pangkal dari segala perubahan. [Adv]
STBM bukan sekadar program. Ia adalah gerakan perubahan budaya hidup sehat. Lima pilarnya mencakup: 1) Stop buang air besar sembarangan, 2) Cuci tangan pakai sabun, 3) Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, 4) Pengelolaan sampah rumah tangga, dan 5) Pengelolaan limbah cair rumah tangga. Setiap pilar adalah fondasi, dan Aceh Utara terus memperkuatnya satu demi satu.
Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes., komitmen pemerintah daerah dalam menuntaskan lima pilar STBM bukan hanya bentuk kepatuhan terhadap kebijakan nasional, tetapi juga panggilan moral untuk melindungi generasi mendatang.
"Kami tidak ingin ada anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat. STBM adalah investasi jangka panjang bagi masa depan daerah," ujar Jalaluddin, Senin (7/7/2025).
Perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Dari segi geografis, banyak desa di Aceh Utara tersebar di daerah terpencil, sebagian sulit dijangkau. Namun, berkat pendekatan berbasis komunitas, program STBM diintegrasikan ke dalam kegiatan sosial warga, didukung penuh oleh kader kesehatan dan tokoh masyarakat setempat.
Sejumlah kecamatan seperti Tanah Jambo Aye, Seunuddon, dan Cot Girek telah menunjukkan progres signifikan. Di desa-desa tersebut, tidak hanya praktik buang air sembarangan yang berhasil dieliminasi, tetapi kesadaran untuk mencuci tangan dan mengelola sampah rumah tangga juga kian meningkat.
Dinas Kesehatan Aceh Utara sendiri aktif melakukan pendampingan teknis dan edukasi rutin melalui Puskesmas dan Posyandu. Masyarakat dilibatkan sejak awal, mulai dari pemetaan masalah hingga solusi berbasis kearifan lokal.
"Keberhasilan STBM ini adalah hasil kolaborasi. Kami tidak bisa kerja sendiri. Yang terpenting adalah perubahan perilaku. Itulah tantangan terbesar, tapi juga peluang emas," tambah Jalaluddin.
Salah satu momen penting dalam perjalanan ini adalah saat 100% desa dinyatakan Open Defecation Free (ODF) secara mandiri. Status ini menjadi simbol kebangkitan budaya hidup sehat yang tumbuh dari bawah, bukan sekadar hasil intervensi dari atas.
Himbauan Kesehatan: Mulai dari Rumah Kita Sendiri
Dinas Kesehatan Aceh Utara mengimbau seluruh masyarakat agar memulai kebiasaan hidup bersih dan sehat dari lingkungan terkecil, yaitu rumah tangga. Mulailah dengan membiasakan mencuci tangan pakai sabun setelah buang air, sebelum makan, dan sebelum menyentuh bayi. Jangan tunggu sakit datang baru berubah—karena pencegahan jauh lebih murah dan lebih mudah.
Air bersih juga menjadi kunci. Gunakan air yang telah dimasak atau disaring untuk keperluan konsumsi. Jangan abaikan sampah rumah tangga—pisahkan sampah organik dan anorganik, serta buanglah di tempat yang disediakan. Begitu juga dengan limbah cair seperti air cucian dan dapur, yang harus dialirkan ke saluran pembuangan agar tidak mencemari lingkungan.
"STBM bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Ini adalah tanggung jawab bersama. Dari setiap kepala keluarga, setiap ibu rumah tangga, dan bahkan anak-anak," tegas Jalaluddin.
Kunci keberhasilan lainnya adalah penyuluhan terus-menerus dan pendekatan persuasif. Petugas kesehatan tidak hanya memberi arahan, tapi juga mendengar dan berdialog dengan masyarakat tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan secara nyata di lapangan.
Kini, perhatian pemerintah kabupaten berfokus pada dua pilar terakhir yang tergolong paling menantang: pengelolaan sampah dan limbah cair rumah tangga. Kedua hal ini berkaitan erat dengan infrastruktur dan perilaku. Tapi semangat tak pernah surut.
"Kami menyadari bahwa menuntaskan lima pilar STBM butuh waktu dan kesabaran. Tapi setiap langkah yang kami tempuh adalah langkah menuju masyarakat Aceh Utara yang lebih sehat dan bermartabat," tegas Jalaluddin.
Edukasi Berkelanjutan di Tengah Masyarakat
Sebagai bentuk penguatan, Aceh Utara juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan sektor pendidikan. Di sekolah-sekolah, edukasi perilaku hidup bersih dan sehat mulai ditanamkan sejak dini agar menjadi kebiasaan yang melekat seumur hidup.
"Anak-anak kita adalah agen perubahan. Jika mereka tumbuh dalam budaya hidup bersih, maka masa depan Aceh Utara juga akan bersih dan sehat," ujar Kabid Kesmas Dinkes Aceh Utara, Samsul Bahri, SKM, MKM.
Melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan penuh empati, Aceh Utara kini menjadi salah satu daerah rujukan di Aceh dalam pelaksanaan STBM Lima Pilar. Capaian ini bukanlah akhir, melainkan awal dari budaya sehat yang ingin diwariskan.
Dari satu desa ke desa lain, dari satu rumah ke rumah lainnya, STBM terus bergaung. Dan di balik setiap pilar yang kokoh berdiri, ada semangat kolektif masyarakat Aceh Utara yang percaya: sehat adalah hak, dan bersih adalah pangkal dari segala perubahan. [Adv]
Via
Aceh Utara