Aceh Utara
Adv
Dinkes Acut
Menanam Sanitasi Sejak Dini, Langkah Strategis Dinas Kesehatan Aceh Utara di Sekolah
![]() |
Puskesmas Geureudong Pase melakukan pemberian sabun cuci tangan di SDN 3 Geureudong Pase, beberapa waktu lalu |
ACEH UTARA - Langkah kecil yang ditanamkan di masa kanak-kanak akan berbuah besar di masa depan. Prinsip inilah yang mendasari inisiatif Dinas Kesehatan Aceh Utara dalam mempromosikan program Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ke lingkungan pendidikan, khususnya di sekolah dasar dan menengah. Dengan menyasar generasi muda, program ini bertujuan menanamkan pola hidup bersih dan sehat sejak usia dini.
STBM bukan hanya tentang membangun fasilitas sanitasi, tetapi lebih dalam lagi, menyangkut perubahan perilaku masyarakat. Melalui pendekatan edukatif, sekolah dijadikan sebagai medium strategis untuk menciptakan agen-agen perubahan kebiasaan hidup bersih, baik di lingkungan sekolah maupun rumah.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes., menjelaskan bahwa promosi STBM di sekolah-sekolah adalah bagian dari upaya sistematis untuk membudayakan kebersihan dan kesehatan lingkungan sejak dini. "Anak-anak adalah agen perubahan yang sangat efektif. Jika mereka dibiasakan hidup bersih, mereka akan membawa pengaruh ke keluarga dan lingkungannya," ujarnya.
Program STBM di sekolah difokuskan pada lima pilar utama, yakni: stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair. Semua ini dikemas dalam bentuk edukasi kreatif yang mudah dipahami oleh anak-anak.
Pelibatan guru dan tenaga pendidik menjadi kunci dalam implementasi program ini. Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk menyusun modul pembelajaran yang terintegrasi dengan kurikulum. Hasilnya, siswa tidak hanya mendapat pengetahuan, tetapi juga mengalami langsung penerapan praktik hidup bersih di sekolah.
"Di beberapa sekolah, sudah tersedia fasilitas cuci tangan yang representatif, toilet bersih, dan tempat sampah terpilah. Bahkan ada sekolah yang menerapkan reward bagi siswa yang aktif menjaga kebersihan lingkungan," ungkap Jalaluddin.
Salah satu contoh sukses adalah SDN di Kecamatan Tanah Luas, yang kini menjadi sekolah percontohan STBM. Di sekolah ini, para siswa diajarkan cara mencuci tangan dengan benar sebelum makan, pentingnya membuang sampah pada tempatnya, serta menjaga kebersihan toilet bersama.
Menurut Jalaluddin, pembiasaan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Dibutuhkan komitmen bersama dari pihak sekolah, orang tua, serta dukungan dari lintas sektor untuk menjadikan perilaku hidup bersih sebagai budaya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara juga melibatkan Puskesmas dalam pendampingan rutin ke sekolah-sekolah. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan dan memantau keberlangsungan program STBM. "Kami ingin memastikan bahwa program ini bukan sekadar seremonial, tapi benar-benar dijalankan dengan konsisten," tegas Jalaluddin.
Jalaluddin mengakui bahwa tantangan terbesar adalah perubahan pola pikir. "Ada kebiasaan lama yang sulit diubah, baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Tapi melalui anak-anak, perubahan ini bisa lebih cepat menyebar," katanya optimis.
Dalam jangka panjang, program STBM di sekolah diharapkan dapat menjadi pondasi kuat dalam mewujudkan Kabupaten Aceh Utara yang bersih, sehat, dan berdaya saing. Investasi ini tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk membentuk karakter generasi masa depan yang peduli lingkungan.
Dinas Kesehatan Aceh Utara juga terus melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap implementasi program ini. Kolaborasi lintas sektor, dukungan anggaran, serta partisipasi masyarakat menjadi bagian penting dari keberhasilan program STBM di sektor pendidikan.
Dengan semangat "sanitasi adalah tanggung jawab bersama", promosi STBM di lingkungan pendidikan bukan hanya soal membangun toilet atau tempat sampah. Ini adalah investasi jangka panjang untuk mencetak generasi yang lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. [Adv]
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, M.Kes., menjelaskan bahwa promosi STBM di sekolah-sekolah adalah bagian dari upaya sistematis untuk membudayakan kebersihan dan kesehatan lingkungan sejak dini. "Anak-anak adalah agen perubahan yang sangat efektif. Jika mereka dibiasakan hidup bersih, mereka akan membawa pengaruh ke keluarga dan lingkungannya," ujarnya.
Program STBM di sekolah difokuskan pada lima pilar utama, yakni: stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair. Semua ini dikemas dalam bentuk edukasi kreatif yang mudah dipahami oleh anak-anak.
Pelibatan guru dan tenaga pendidik menjadi kunci dalam implementasi program ini. Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk menyusun modul pembelajaran yang terintegrasi dengan kurikulum. Hasilnya, siswa tidak hanya mendapat pengetahuan, tetapi juga mengalami langsung penerapan praktik hidup bersih di sekolah.
"Di beberapa sekolah, sudah tersedia fasilitas cuci tangan yang representatif, toilet bersih, dan tempat sampah terpilah. Bahkan ada sekolah yang menerapkan reward bagi siswa yang aktif menjaga kebersihan lingkungan," ungkap Jalaluddin.
Salah satu contoh sukses adalah SDN di Kecamatan Tanah Luas, yang kini menjadi sekolah percontohan STBM. Di sekolah ini, para siswa diajarkan cara mencuci tangan dengan benar sebelum makan, pentingnya membuang sampah pada tempatnya, serta menjaga kebersihan toilet bersama.
Menurut Jalaluddin, pembiasaan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Dibutuhkan komitmen bersama dari pihak sekolah, orang tua, serta dukungan dari lintas sektor untuk menjadikan perilaku hidup bersih sebagai budaya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara juga melibatkan Puskesmas dalam pendampingan rutin ke sekolah-sekolah. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan dan memantau keberlangsungan program STBM. "Kami ingin memastikan bahwa program ini bukan sekadar seremonial, tapi benar-benar dijalankan dengan konsisten," tegas Jalaluddin.
Jalaluddin mengakui bahwa tantangan terbesar adalah perubahan pola pikir. "Ada kebiasaan lama yang sulit diubah, baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Tapi melalui anak-anak, perubahan ini bisa lebih cepat menyebar," katanya optimis.
Dalam jangka panjang, program STBM di sekolah diharapkan dapat menjadi pondasi kuat dalam mewujudkan Kabupaten Aceh Utara yang bersih, sehat, dan berdaya saing. Investasi ini tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk membentuk karakter generasi masa depan yang peduli lingkungan.
Dinas Kesehatan Aceh Utara juga terus melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap implementasi program ini. Kolaborasi lintas sektor, dukungan anggaran, serta partisipasi masyarakat menjadi bagian penting dari keberhasilan program STBM di sektor pendidikan.
Dengan semangat "sanitasi adalah tanggung jawab bersama", promosi STBM di lingkungan pendidikan bukan hanya soal membangun toilet atau tempat sampah. Ini adalah investasi jangka panjang untuk mencetak generasi yang lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. [Adv]
Via
Aceh Utara