Aceh Utara
Adv
Dinkes Acut
HL
Dinkes Aceh Utara Gencarkan Edukasi Kesehatan Kerja di Perkebunan dan Industri
ACEH UTARA - Di balik geliat ekonomi dari sektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan yang tersebar di pelosok Aceh Utara, terdapat sekelompok pekerja yang terus bergerak di tengah panas matahari, bahaya bahan kimia, dan risiko kecelakaan kerja. Mereka adalah tulang punggung produksi—namun juga kelompok yang rentan terhadap berbagai masalah kesehatan kerja.
Melihat kenyataan ini, Dinas Kesehatan Aceh Utara menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan kerja, terutama di sektor informal seperti perkebunan sawit. Dinas ini menggencarkan edukasi dan upaya preventif di lapangan.
"Kesehatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tapi juga kewajiban bersama, termasuk pemerintah dan masyarakat," ungkap Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Aceh Utara, Samsul Bahri, SKM, MKM, mewakili Plt. Kadis Kesehatan Jalaluddin, SKM, MKes, Rabu (09/7/2025). .
Pekerja Sawit: Antara Risiko dan Harapan
Di banyak kebun sawit, pekerja menghadapi paparan pestisida, radiasi panas, kelelahan fisik, hingga cedera akibat alat berat. Mereka kerap bekerja berjam-jam tanpa perlindungan kesehatan memadai, dengan minimnya akses terhadap layanan medis.
"Banyak pekerja tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) karena belum memahami risikonya atau tidak disediakan oleh tempat kerja," jelas Samsul. "Padahal, paparan zat kimia berulang dan beban kerja berlebih bisa menimbulkan gangguan pernapasan, penyakit kulit, bahkan cedera tulang belakang."
Industri Lokal: Potensi Besar, Tantangan Serius
Di sektor industri kecil-menengah, seperti pengolahan hasil perkebunan, kesehatan kerja juga menjadi perhatian. Minimnya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) membuat karyawan rentan terhadap kecelakaan akibat mesin atau kondisi lingkungan kerja yang buruk.
"Masih banyak tempat kerja tidak memiliki ventilasi cukup, sistem pengelolaan limbah yang aman, atau penerangan yang memadai," kata Samsul. "Kondisi seperti ini bisa memicu penyakit jangka panjang, bahkan mengganggu produktivitas."
Sebagai bentuk intervensi, Dinas Kesehatan Aceh Utara secara aktif melaksanakan sosialisasi tentang pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), baik kepada pemilik kebun, pengusaha industri, maupun para pekerja itu sendiri.
Melalui Puskesmas dan tenaga promosi kesehatan, dilakukan penyuluhan rutin di kawasan padat buruh. Selain itu, pemeriksaan kesehatan berkala juga diadakan sebagai deteksi dini penyakit akibat kerja.
"Kami juga mendorong kemitraan dengan BPJS Ketenagakerjaan dan Dinas Tenaga Kerja agar hak-hak kesehatan pekerja bisa lebih dijamin," terang Samsul.
Solusi Lokal, Kearifan Lokal
Salah satu pendekatan menarik yang mulai diterapkan adalah pemanfaatan kearifan lokal. Di beberapa daerah, para sanitarian dan kader kesehatan mengembangkan edukasi berbasis komunitas. Mereka menggunakan bahasa daerah dan pendekatan kekeluargaan untuk membangun kesadaran pekerja akan pentingnya APD, istirahat cukup, dan hidrasi.
"Kami ajak tokoh masyarakat dan imam meunasah ikut menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam forum keagamaan," ujar Samsul.
Melihat kenyataan ini, Dinas Kesehatan Aceh Utara menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan kerja, terutama di sektor informal seperti perkebunan sawit. Dinas ini menggencarkan edukasi dan upaya preventif di lapangan.
"Kesehatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tapi juga kewajiban bersama, termasuk pemerintah dan masyarakat," ungkap Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Aceh Utara, Samsul Bahri, SKM, MKM, mewakili Plt. Kadis Kesehatan Jalaluddin, SKM, MKes, Rabu (09/7/2025). .
Pekerja Sawit: Antara Risiko dan Harapan
Di banyak kebun sawit, pekerja menghadapi paparan pestisida, radiasi panas, kelelahan fisik, hingga cedera akibat alat berat. Mereka kerap bekerja berjam-jam tanpa perlindungan kesehatan memadai, dengan minimnya akses terhadap layanan medis.
"Banyak pekerja tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) karena belum memahami risikonya atau tidak disediakan oleh tempat kerja," jelas Samsul. "Padahal, paparan zat kimia berulang dan beban kerja berlebih bisa menimbulkan gangguan pernapasan, penyakit kulit, bahkan cedera tulang belakang."
Industri Lokal: Potensi Besar, Tantangan Serius
Di sektor industri kecil-menengah, seperti pengolahan hasil perkebunan, kesehatan kerja juga menjadi perhatian. Minimnya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) membuat karyawan rentan terhadap kecelakaan akibat mesin atau kondisi lingkungan kerja yang buruk.
"Masih banyak tempat kerja tidak memiliki ventilasi cukup, sistem pengelolaan limbah yang aman, atau penerangan yang memadai," kata Samsul. "Kondisi seperti ini bisa memicu penyakit jangka panjang, bahkan mengganggu produktivitas."
Sebagai bentuk intervensi, Dinas Kesehatan Aceh Utara secara aktif melaksanakan sosialisasi tentang pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), baik kepada pemilik kebun, pengusaha industri, maupun para pekerja itu sendiri.
Melalui Puskesmas dan tenaga promosi kesehatan, dilakukan penyuluhan rutin di kawasan padat buruh. Selain itu, pemeriksaan kesehatan berkala juga diadakan sebagai deteksi dini penyakit akibat kerja.
"Kami juga mendorong kemitraan dengan BPJS Ketenagakerjaan dan Dinas Tenaga Kerja agar hak-hak kesehatan pekerja bisa lebih dijamin," terang Samsul.
Solusi Lokal, Kearifan Lokal
Salah satu pendekatan menarik yang mulai diterapkan adalah pemanfaatan kearifan lokal. Di beberapa daerah, para sanitarian dan kader kesehatan mengembangkan edukasi berbasis komunitas. Mereka menggunakan bahasa daerah dan pendekatan kekeluargaan untuk membangun kesadaran pekerja akan pentingnya APD, istirahat cukup, dan hidrasi.
"Kami ajak tokoh masyarakat dan imam meunasah ikut menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam forum keagamaan," ujar Samsul.
Kesehatan kerja di perkebunan dan industri memang bukan tantangan sepele. Namun dengan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, perubahan ke arah yang lebih baik bukanlah mimpi.
Plt Kadis Kesehatan Jalaluddin, melalui Kabid Kesmas, menekankan pentingnya regulasi dan pengawasan yang lebih serius. "Kami berharap ada regulasi lokal yang memperkuat perlindungan kesehatan kerja, termasuk kewajiban penyediaan APD, pelatihan K3, dan akses layanan kesehatan di dekat lokasi kerja."
"Produktivitas itu berbanding lurus dengan kesehatan. Bila tenaga kerja sehat, maka ekonomi lokal pun akan kuat," pungkas Samsul. [Adv]
Plt Kadis Kesehatan Jalaluddin, melalui Kabid Kesmas, menekankan pentingnya regulasi dan pengawasan yang lebih serius. "Kami berharap ada regulasi lokal yang memperkuat perlindungan kesehatan kerja, termasuk kewajiban penyediaan APD, pelatihan K3, dan akses layanan kesehatan di dekat lokasi kerja."
"Produktivitas itu berbanding lurus dengan kesehatan. Bila tenaga kerja sehat, maka ekonomi lokal pun akan kuat," pungkas Samsul. [Adv]
Via
Aceh Utara