Kisah
Legenda Putrou Neng: Sang Pendekar dari Negeri Seberang
Di tengah geliat sejarah Aceh yang penuh kisah kepahlawanan dan perjuangan, terselip satu legenda yang begitu unik dan berbeda dari yang lain. Ini bukan tentang seorang sultan, ulama besar, atau panglima perang yang gagah berani. Ini adalah kisah tentang seorang perempuan asing—seorang pendekar dari negeri Tiongkok—yang namanya tetap terjaga dalam ingatan masyarakat Aceh, khususnya di Blang Pulo, Aceh Utara.
Namanya Putrou Neng, seorang wanita tangguh yang datang dari seberang lautan dengan dua ribu pasukannya. Ia bukan sekadar seorang pengelana, tetapi seorang penakluk. Dengan kecakapan bela diri dan kepemimpinan yang luar biasa, ia berhasil menguasai wilayah pesisir Aceh, bahkan menduduki Kerajaan Lamuri pada tahun 1050 hingga 1069 M.
Namun, yang membuat kisahnya semakin menarik bukan hanya soal keberaniannya dalam menaklukkan wilayah, melainkan juga nasib misterius yang menimpa pria-pria yang berusaha menaklukkannya.
Janda Cantik dan Seratus Lamaran
Setelah menjadi penguasa, Putrou Neng menetap di Blang Pulo dan menjadikannya sebagai basis pertahanan. Tak hanya dikenal sebagai pemimpin yang kuat, ia juga memiliki paras yang sangat menawan. Wajahnya yang rupawan membuat banyak bangsawan Aceh tergila-gila. Namun, menjadi suaminya bukan perkara mudah.
Putrou Neng menetapkan syarat pernikahan yang cukup berat: setiap pria yang ingin menikahinya harus membawa emas kawin seguci besar. Anehnya, syarat itu tak menyurutkan para pemuda, terutama mereka yang berasal dari keluarga raja. Mereka berlomba-lomba untuk mempersuntingnya.
Yang pertama berhasil adalah Meurah Johan, putra Raja Adi Gaunali dari Kerajaan Lingga. Pernikahan besar-besaran pun digelar. Namun, kebahagiaan itu hanya bertahan semalam. Esok paginya, orang-orang gempar. Meurah Johan ditemukan tewas di tempat tidur pengantin, tubuhnya membiru.
Bisik-bisik mulai menyebar, namun tak ada yang berani mempertanyakan lebih jauh. Putrou Neng tetap menjalani hidupnya dengan wajah tenang dan pesona yang tak pudar. Ajaibnya, meski tragedi itu terjadi, para pemuda tak jera. Lamaran demi lamaran terus berdatangan.
Namun, setiap kali ada yang menikahinya, kisah kelam itu kembali terulang. Pengantin pria yang beruntung di malam pertama, berubah menjadi korban di pagi harinya. Tubuh mereka kaku membiru, dan jumlah korban terus bertambah hingga mencapai angka 99 orang.
Rahasia di Balik Malam Pengantin
Misteri ini akhirnya terungkap ketika pelamar ke-100 datang. Ia bukan bangsawan biasa, melainkan seorang syekh dari Gujarat bernama Hudam. Syekh ini tidak serta-merta tergoda oleh kecantikan Putrou Neng. Sebagai orang bijak, ia menelusuri kisah di balik kematian para suami sang pendekar.
Setelah menyelidiki, ia menemukan rahasia yang mengejutkan: di rambut sekitar alat vital Putrou Neng tersembunyi seekor kalajengking berbisa. Makhluk itu bukan sekadar hewan peliharaan, melainkan senjata pamungkas sang pendekar. Jika ia kalah di medan perang, ia masih bisa menang di ranjang pertempuran.
Namun, Syekh Hudam bukan pria sembarangan. Ia datang dengan akal cerdik. Sebelum malam pertama, ia mengolesi ibu jarinya dengan minyak anti bisa. Saat momen yang dinantikan tiba, kalajengking itu pun beraksi—namun racunnya tak mempan. Bahkan, binatang itu justru mati.
Tanpa 'senjata rahasia'-nya, Putrou Neng akhirnya menjadi wanita biasa. Sejak saat itu, hidupnya berubah. Ia mulai jatuh sakit, tubuhnya melemah, hingga akhirnya meninggal tanpa meninggalkan keturunan.
Warisan yang Tak Terlupakan
Hari ini, makam Putrou Neng masih terawat rapi di Blang Pulo, tidak jauh dari proyek LNG Arun. Di sekelilingnya, konon terdapat makam para suami yang pernah menjadi korban 'kutukan' sang pendekar. Sementara itu, Syekh Hudam yang berhasil menaklukkannya, justru dikuburkan di sebuah bukit terpisah di Blang Pulo.
Legenda ini tetap hidup di kalangan masyarakat Aceh, menjadi kisah yang terus diceritakan dari generasi ke generasi. Apakah Putrou Neng benar-benar ada, atau hanya dongeng yang diwariskan turun-temurun? Itu masih menjadi misteri. Namun, yang pasti, kisahnya tetap abadi sebagai salah satu legenda paling menarik di tanah Rencong.
Via
Kisah