Dinkes Aceh Utara Ingatkan Masyarakat Bahaya HIV/Aids


Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Utara mencatat, kasus human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) di Aceh Utara terus mengalami naik turun, terhitung sejak tahun 2007 hingga 2022 mencapai 163 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Aceh Utara, Amir Syarifuddin, SKM, MM mengatakan, berdasarkan rekap data kasus penderita HIV dan AIDS  mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. "Saat ini jumlah penderita HIV dan AIDS mencapai 163 orang, 69 diantaranya meninggal dunia," kata Amir Syarifuddin, Senin, 20 November 2023.

Untuk diketahui, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Jika tidak diobati, HIV akan memburuk dan berkembang menjadi AIDS. 

Amir Syarifuddin menjelaskan HIV/Aids ini berbeda dengan penyakit yang lain. Jika penyakit lain bisa langsung terdeteksi gejalanya, tetapi penyakit ini tidak bisa langsung terdeteksi. "Kami meminta kepada warga, apabila mendapatkan gejala ataupun terdapat risiko tertular HIV mohon memeriksakan diri secepatnya agar bisa ditangani," tuturnya.

Gejala yang dialami penyakit ini biasanya bisa terdeteksi minimal 3 bulan jika ketahanan tubuh penderita lemah. Namun banyak factor juga, gejala tersebut bisa terdeteksi setelah beberapa tahun. Berikut beberapa gejala yang sering dialami penderita diantaranya : Diare yang berkepanjangan, semakin hari badan semakin kurus, adanya jamur mulut dan sariawan yang parah.

Kemudian Amir Syarifuddin membeberkan selain pada usia rentan, beberapa kasus juga banyak sekali terjadi pada Ibu rumah tangga dan dari anak-anak. Dan yang paling utama pemeriksaan skrining HIV/Aids dilakukan oleh calon pengantin dan Ibu hamil. Hal ini sebagai bentuk deteksi dini agar bisa langsung dilakukan pengobatan.

Dikatakan Amir, salah satu upaya yang dilakukan pihaknya dalam penanganan kasus HIV dan AIDS tersebut yaitu, terus melakukan mobile Voluntary Counseling and Testing  (VCT) untuk skrining pada populasi kunci, kemudian meningkatkan  sosialisasi di tengah masyarakat supaya bersedia memeriksakan diri jika berisiko.

Pemeriksaan skrining HIV/Aids ini dapat dilakukan di puskesmas maupun Dinas Kesehatan dan bersifat gratis tanpa biaya apapun yang pasti kerahasiaannya terjamin. “Jika penderita sudah terdeteksi kita sebagai pelayan kesehatan tentunya memberikan dukungan untuk melakukan pengobatan dan perawatan. Dan apabila pengobatannya lancar virus tidak akan berkembang,” lanjutnya.

Tidak hanya itu, tambah Amir, pihaknya turut dibantu juga oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) wilayah kerja masing-masing, salah satunya pemantauan minum obat bagi pasien.

Kadinkes mengatakan, bahwa HIV dan AIDS memiliki perbedaan. HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia namun tidak memiliki gejala, sedangkan AIDS suatu kondisi akibat serangan virus HIV tersebut.

“Faktor utama penularan penyakit HIV dan AIDS di Aceh adalah sex bebas. Kemudian dari ibu hamil ke bayi, pengguna narkoba, suntik dengan memakai jarum yang sama dan berulang," ungkapnya.

"Sejauh ini untuk yang sudah menderita HIV dan AIDS, tidak ada yang sembuh, dan mereka diharuskan berobat seumur hidup," ujarnya.

Metode Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV merupakan langkah kritis dalam mendeteksi dan menegakkan diagnosis HIV pada seseorang. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode utama:
1. Pemeriksaan serologis digunakan untuk menguji keberadaan antibodi anti-HIV dalam darah seseorang. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia ≥ 18 bulan, dan hasilnya dikatakan positif jika tiga metode atau tiga reagen berbeda menunjukkan hasil reaktif.
2. Pemeriksaan virologis digunakan untuk mendeteksi jumlah dan aktivitas HIV dalam darah. Pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif dapat membantu mengukur viral load HIV dan memantau respons terhadap pengobatan ARV.
3. Ketepatan dan akurasi pemeriksaan HIV sangat penting untuk menetapkan diagnosis yang tepat dan segera memulai pengobatan ARV jika diperlukan.

Penting Mengetahui Cara Penularan HIV

HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, dan penting bagi kita untuk memahaminya agar dapat menghindari penularan virus ini:
> Hubungan seksual (anal dan vagina) tanpa kondom.
> Transfusi darah dan transplantasi organ dari orang yang terinfeksi HIV.
> Penggunaan jarum yang terkontaminasi/tidak steril.
> Transmisi dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya selama kehamilan, persalinan dan menyusui.

Namun, jangan sampai salah, HIV tidak menular melalui:
> Bersentuhan, berciuman, bersalaman dan berpelukan
> Berbagi peralatan makan dan minum
> Menggunakan kamar mandi bersama
> Berenang di kolam renang
> Gigitan nyamuk
> Tinggal serumah bersama ODHIV

Langkah Penting Pencegahan HIV

Pencegahan HIV merupakan langkah penting dalam mengurangi jumlah infeksi baru dan mencegah penyebaran virus ini di masyarakat. Beberapa cara pencegahan HIV yang dapat dilakukan adalah:
1. Abstinence & Awareness; Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali adalah cara pencegahan yang efektif dalam menghindari penularan HIV. Ini khususnya berlaku bagi remaja dan orang dewasa muda yang belum siap secara fisik dan emosional untuk terlibat dalam hubungan seksual.
2. Memperkuat skrining HIV bagi mereka yang berisiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial, pengguna narkoba suntik, dan orang yang tinggal di wilayah dengan prevalensi tinggi HIV.
3. Be Faithful; Setia pada satu pasangan adalah langkah pencegahan yang dapat mengurangi risiko penularan HIV. 
4. Condom & Circumcision; Menggunakan kondom saat berhubungan seksual berisiko dapat mencegah penularan HIV dan infeksi menular seksual lainnya.
5. Sirkumsisi atau sunat bagi laki-laki telah terbukti dapat mengurangi risiko penularan HIV dalam hubungan heteroseksual.
6. No Drug & Safe Blood Sterile Equipment; Menghindari penggunaan narkoba, terutama narkoba suntik, dapat mencegah penularan HIV melalui jarum yang tidak steril.
7. Selalu menggunakan peralatan medis yang steril, terutama saat transfusi darah dan transplantasi organ, juga merupakan langkah pencegahan penting.
8. Education; Memberikan informasi yang benar tentang HIV sangat penting untuk menyebarkan kesadaran mengenai risiko dan pencegahan HIV.
9. Kampanye edukasi harus mencakup informasi tentang tidak melakukan diskriminasi terhadap orang dengan HIV, pentingnya pengobatan ARV (Antiretroviral), dan pentingnya kepatuhan minum obat untuk menekan viral load dan mempertahankan kesehatan penderita HIV.

Pengobatan

Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa antiretroviral (ARV) yang bekerja untuk mencegah virus HIV menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4. Pengobatan ini dapat digunakan untuk ibu hamil agar mencegah penularan HIV ke janin. Namun perlu diingat bahwa pengobatan ini harus dilakukan rutin dan diminum sesuai jadwal, di waktu yang sama setiap hari agar perkembangan virus dapat dikendalikan.

1. Pengobatan ARV bertujuan untuk:
Menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi
Menurunkan risiko penularan HIV
Menurunkan infeksi oportunistik
Meningkatkan kualitas hidup

2. Efek samping yang kemungkinan kecil terjadi pada pengobatan ARV
Mual; Muntah; Diare; Demam; Ruam; Gangguan psikologis (gangguan konsentrasi, gangguan tidur, depresi, kecemasan)

3. Penyebab kegagalan pengobatan ARV:
> Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan periode minum obat yang tidak sesuai dengan aturan.
> Terjadinya gangguan pada proses penampungan dan penghancuran obat di lambung, penyerapan nutrisi oleh lapisan mukosa usus halus, dan pengaliran nutrisi tersebut ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
> Interaksi obat adalah perubahan (dalam kadar atau lamanya) aksi satu obat oleh karena adanya zat lain (termasuk obat, makanan dan alkohol) sebelum atau bersamaan dengan obat tersebut. Interaksi obat dapat memberikan dampak buruk berupa kegagalan pengobatan karena dosis terapeutik yang suboptimal dan atau sebaliknya dapat terjadi efek yang menguntungkan. 

HIV dianggap ‘resisten (kebal)’ terhadap obat antiretroviral (ARV) tertentu bila virus itu terus menggandakan diri (bereplikasi) walaupun kita memakai obat tersebut. Penyebab resistensi adalah mutasi pada virus. Cara terbaik untuk mencegah terjadinya resistensi, adalah mengendalikan HIV dengan minum obat ARV secara teratur dan tepat waktu. Bila pasien tidak patuh minum obat ARV maka HIV akan lebih mudah bereplikasi.

Melalui pencegahan, pemeriksaan, dan pengobatan yang tepat serta dukungan bagi ODHIV, kita dapat melangkah menuju masyarakat yang lebih sadar akan HIV dan terhindar dari penyebaran virus ini.

Sebagai informasi virus HIV/Aids sebenarnya tidak menyebabkan kematian, tetapi virus inilah yang menyebabkan kekebalan tubuh menurun dan dari sini virus-virus yang lain bisa masuk ke tubuh, salah satunya virus TBC yang sangat mematikan. “Hal inilah yang menyebabkan orang meninggal, karena kekebalan tubuhnya yang menurun,” terangnya. [Adv]
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru