[Opini] Ramadan, Introspeksi Peningkatan 'Iman' Sosial

Mahzal Abdullah dan Fachrul Razi, MIP
Ramadan merupakan bulan yang sangat ditunggu bagi Muslim seantero dunia, bulan ke sembilan dalam kalender hijriah ini dikenal sebagai salah satu bulan yang memiliki keagungan dari sisi kemanusiaan (kualitas Takwa dihadapan Allah Swt atau transenden).

"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al Baqarah :183). Kewajiban Puasa adalah kewajiban dimana setiap muslim yang beriman kepada Sang Khalik untuk menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh, dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt. Sebagai seorang muslim yang beriman secara kaffah tentulah momen ramadan dapat kita jadikan sebagai tolak ukur kapasitas iman dalam memperoleh titel Takwa sebagaimana telah dijanjikan dalam Al Quran.

Berdasarkan linguistik, kata iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya. Sedangkan menurut istilah iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan (tindakan).

Sesuai dengan pernyataan diatas, kesempurnaan iman dapat terpenuhi ketika tiga unsur utama itu dapat tercukupi dengan saling terkoneksi satu sama lain, jika saja seseorang mengakui dan meyakini dalam hatinya keberadaan Allah Swt sebagai Maha segala Maha, tetapi tidak diucapkan dengan lisan serta tidak dijalankan dengan perbuatan, maka orang tersebut tidak  dapat dikatakan sebagai seorang yang memiliki kesempurnaan Iman.

Penulisan ini lebih menitikberatkan kepada hubungan sesama insan (habluminannaas) atau perilaku sosial muslim, dan tidak bermaksud mengesampingkan hubungan insan dengan Sang Khalik. Karena seorang muslim yang beriman tidak akan membiarkan saudaranya terjerumus dalam kejahilan dan berusaha memberikan kabar gembira kepada sesama.

Puasa dalam manfaat sosial akan memberikan pelajaran,
1. Mengingat dan merasakan penderitaan orang lain, bagaimana orang lain mempertahankan hidupnya tanpa makan dan minum atau hidup dalam keadaan kurang menguntungkan, musibah kelaparan, bencana alam dan apalagi di zona peperangan yang melanda, sungguh ini merupakan ibrah dalam menguatkan solidaritas sesama muslim dan kemanusiaan.
2. Melahirkan rasa syukur dan Ikhlas dalam berbuat atau bertindak hingga meningkatkan rasa sosial dan politik terhadap ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah.
3. Puasa ramadan mengharuskan kita berbuat baik dan berpikir positif hingga menjauhkan penyakit sosial di masyarakat. Cakupan manfaat ini membuktikan bahwa puasanya seorang insan (person) mampu memberikan efek positif terhadap masyarakat disekitarnya.

"Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah kalian, sujudlah kalian, sembahlah Tuhan kalian dan berbuatlah kebajikan supaya kalian mendapat kemenangan" (QS. Al Hajj : 77). Ayat tersebut menganjurkan kita untuk meningkatkan kapasitas iman terhadap diri sendiri (personal) juga berusaha meningkatkan kualitas iman komunal dalam memperoleh derajat takwa yang dijanjikan sebagai keistimewaan shaum ramadhan.

Mengingat momentum ramadan sebagai media introspeksi diri sejauh mana kita mampu memberikan efek positif terhadap kemajuan umat dan bangsa, karena manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.

Semoga Allah Subhanahu wata'ala memberikan kesempatan kepada kita untuk menjumpai ramadan 'Bulan Hamba' di tahun depan dan menyelesaikan puasa tahun ini menjadi insan yang memiliki mutu 'iman' sosial dalam memperoleh derajat takwa yang sempurna. Pembelajaran ramadan yang begitu positif akan dibuktikan di hari raya fitrah nanti. Wait and See.

Penulis : Mahzal Abdullah,
Ketua panitia Sekolah Pemimpin Muda Aceh (SPMA) Pidie, Kader HMI Cabang Sigli
Pengurus KNPI Pidie serta pengagum Mazhab berpikir Agapolisme.
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru