Dema UIN Arraniry: Dua Puluh Tahun Reformasi, lantas Bagaimana Kondisi NKRI ?

BANDA ACEH - Kilas balik romantisme sejarah bangsa Indonesia, dimana kita pernah berada disuatu masa. Rezim itu dikenal dengan pemerintahan otoritarian. Bagaimana tidak pendapat dibungkam, pers tertekan, pilkada langsung tidak pernah dirasakan. 

Demikian disampaikan Saiful Azmi Menteri Hubungan Antar Lembaga DEMA UIN Ar-Raniry yang juga alumni Sekolah Pemimpin Muda Aceh (SPMA) UIN Arraniry, Senin 21 Mei 2018.

Rakyat harus patuh dengan segala kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang berkuasa kala itu. Kondisi politik, ekonomi, sosial masyarakat mulai tidak stabil. Masyarakat mulai resah dengan keadaan, pun mahasiswa mulai bersatu untuk menyuarakan nurani rakyat.

Hal tersebut sehingga membuat sejumlah mahasiswa mulai berdemonstrasi menolak kepemimpinan Presiden Soeharto pada 1998 menjadi penanda dimulainya gerakan reformasi pada 20 tahun silam.

Gerakan ini sendiri semakin berani saat mahasiswa menolak terpilihnya Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998. Namun, demonstrasi mahasiswa kemudian berubah menjadi tragedi pada 12 Mei 1998. Saat itu, aparat keamanan bertindak represif dalam menangani demonstrasi mahasiswa di kampus Universitas Trisakti.

Penembakan dan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan mengakibatkan empat mahasiswa Trisakti tewas.

Alhasil, pergerakan mahasiswa tidak berhenti sampai disitu. Pada tanggal 18 Mei 1998 mereka bergerak melebur dengan berbagai kelompok mahasiswa lain untuk memadati Gedung DPR/MPR untuk menuntut Soeharto-Habibie mundur dari jabatan.

Dinamika politik yang ada saat itu pun tidak menguntungkan "Jenderal yang Tersenyum" itu. Hingga kemudian, Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. Agenda pertama reformasi, yaitu mundurnya Soeharto, menuai hasil.

Hari ini 21 Mei 2018 merefleksi kembali 20 tahun reformasi, Saiful Azmi Menteri Hubungan Antar Lembaga DEMA UIN Ar-Raniry yang juga alumni SPMA mengatakan "bagaimana kondisi NKRI ? Jawabannya tentu tergantung perspektif kita masing-masing. Tidak menafikan memang sudah ada keberhasilan yang dapat kita rasakan, kebebebasan berpendapat misalnya. Lalu muncul pula otonomi daerah dan pesta demokrasi langsung oleh rakyat," ujarnya

Namun bagaimana dengan penyelesaian kasus Bank Century, Pembunuhan Munir, dan kasus Trisakti ? Supremasi hukum selalu didengungkan bahkan menjadi pelajaran wajib disetiap sekolah yang dibingkai dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Selain itu Saiful Azmi juga menambahkan,  "Apakah energi, pangan, sudah  berdaulat ? Tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan kita semua yang harus dituntaskan untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagaimana yang diamanatkan oleh para penggagas reformasi sendiri." tuturnya.

"Bangkitlah ! mari ambil bagian tuntaskan perubahan," tutup mahasiswa Ilmu Administrasi Negara FISIP UIN Ar-Raniry tersebut. (r)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru