Bireuen
Masih Ingat Terkait Pembangunan Jalan Rabat Beton Desa Leubu Masjid, Ini Tanggapan Keuchiek
NET ATJEH, BIREUEN --- Pembangunan jalan Rabat Beton di Desa Leubu Masjid Kecamatan Makmur tahun anggaran 2017, sedang berhenti pekerjaannya, dikarenakan dana tahap kedua belum cair, Senin (16/10/2017).
Hal itu dikatakan Keuchiek Leubu Masjid M.Nur AR (56) kepada media www.netatjeh.info saat di temui di kediamannya, mengatakan, Pembangunan jalan rabat beton tersebut adalah satu item pembangunan di tahun ini, dimana dana yang kami alokasikan dalam APBG 2017 sebesar Rp.250.694.000.
"Dimana dana tahap pertama sudah kami cairkan Rp.124.000.000; dan jalan rabat beton sudah dikerjakan sepanjang 220 meter dari total 516 meter yang tertera di RAB," ujar M. Nur yang didampingi Sekdes Ismalinur.
"Dimana dana tahap pertama sudah kami cairkan Rp.124.000.000; dan jalan rabat beton sudah dikerjakan sepanjang 220 meter dari total 516 meter yang tertera di RAB," ujar M. Nur yang didampingi Sekdes Ismalinur.
"Terkait dengan penundaan pekerjaan, dana tahap pertama sudah habis terpakai sejumlah yang kami cairkan tersebut, dimana pekerjaan akan dilanjutkan pada pencairan tahap kedua nantinya," sebutnya.
Sementara itu, terkait kisruh ada beberapa warga yang mengeluarkan statemen bernada protes pada pemberitaan beberapa waktu lalu, Keuchiek M.Nur AR menjelaskan, mendengar hal itu kami perangkat desa bersama Tuha Peut Desa Leubu Masjid menggelar rapat evaluasi pada 21 September 2017 lalu dengan mengundang Imum Mukim, Pendamping Desa (PD), Pendamping Lokal Desa (PLD) tokoh masyarakat, para tukang dan para pihak yang membuat laporan kepada Tuha Peut terkait Kinerja kami pemerintah desa.
"Namun kami ada iktikad baik, sudah tiga kali digelar rapat, namun para pihak yang protes tidak berhadir tanpa keterangan dan rapat tetap dilanjutkan dengan keputusan untuk proses kerja kedepan agar TPK bekerja sesuai arahan PLD, PD dan sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan dengan pengawasan rutin tentunya," urai M. Nur.
Sekdes Ismalinur juga menambahkan, mengenai ada beberapa titik jalan yang retak sudah diperbaiki tapi masih mengalami keretakan, disebabkan proses pengerjaan dengan melibatkan masyarakat yang dibagi dalam tiga kelompok, masing-masing kelompok 10 orang, jumlah semua 30 pekerja pada pembangunan jalan rabat Beton secara swakelola tersebut.
"Dan hal tersebut sedang kita cari solusi agar jalan berkualitas bagus dan bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai ekses transportasi" pungkas Ismalinur.
Di tempat terpisah salah satu warga Desa Leubu Masjid yang mendapat undangan waktu itu, dan namanya tak mau di publish, membantah bahwa ketidak hadiran kami itu karena kami bukan aparatur desa, sedangkan undangan itu ditujukan kepada perangkat desa.
"Itu rapat pemerintah gampong dengan lembaga tuha peut mengenai evaluasi kinerja perangkat desa. sementara Kami kan masyarakat biasa," ungkapnya.
"Itu rapat pemerintah gampong dengan lembaga tuha peut mengenai evaluasi kinerja perangkat desa. sementara Kami kan masyarakat biasa," ungkapnya.
Tambahnya, menurut penilaian kami surat undangan itu salah alamat. Sebaiknya ditinjau kembali bagaimana prosedur undangan rapat tersebut,
Terkait masalah pembangunan jalan rabat beton yang dipermasalahkan beberapa warga itu, seharus nya, pak Keuchiek selalu pengguna anggaran Dana Desa memanggil masyarakat umum karena jalan rabat beton itu milik seluruh warga desa Leubu Masjid, bukan milik segelintir orang, dan pak Keuchiek waktu rapat pemilihan Tuha Peut dan Tuha Lapan di Meunasah ia pernah mengatakan bahwa nanti malam lahir bayi di desa Leubu Masjid, punya hak diatas jalan itu.
"Dalam hal ini kami seperti dipojokkan, seolah- olah kami yang membuat kisruh di desa dan mau disidangkan di meunasah," tutupnya. (MS)
Via
Bireuen