FPI Aceh Minta Spanduk HUT RI yang Diduga Berlogo Salib Diturunkan

BANDA ACEH - FPI Aceh mendesak pihak berwenang menurunkan spanduk atau baliho HUT RI ke 75 yang diduga jelas berlogo salib yang dipasang seluruh penjuru tanah Aceh, karena Aceh serambi Makkah dan Bangsa Aceh 100 persen Islam.

Jangan ciptakan keributan di Aceh dengan membangkit kemarahan rakyat Aceh dengan pemasangan salib dimana seolah-olah itu keinginan rakyat Aceh, ujar Ketua FPI Aceh, Muslim.

Sambungnya, kami ummat Islam yang ada di Aceh sangat kecewa dengan pihak yang mendesain logo atau spanduk/baliho 75 tahun Indonisia merdeka berlambang salib, ini pasti ada unsur kesengajaan dari pihak yang tak ingin Indonesia aman yaitu kaum provakator yang ingin mengadu domba antar agama, karena bila ada ummat Islam yg protes dan membakar baliho tersebut sehingga pihak ummat kristen marah terjadilah perang antar Islam dan kristen maka yang diuntungkan kelompok anti agama yaitu komunis. Maka kami wajar curiga ini adalah permainan komunis.

"Maka kami ingin buktikan apakah pemerintah jujur ingin menjaga kerukunan antar ummat atau malah sebaliknya yaitu menciptakan kerusuhan antar ummat. Bila pemerintah indonesia, jujur maka turunkan semua baliho atau spanduk HUT RI ke 75 yang berlambang salib di daerah yang mayoritas muslim, bila ingin pasang pasanglah lambang semua agama yang resmi di Indonesia itu baru adil," ujarnya Ketua FPI Aceh dalam releasenya. 

Tanggapan Pemerintah

Pihak Pemerintah Pusat melalui Sekretaris Kemensetneg Setya Utama menjelaskan arti dan makna logo itu. “Arti dan makna logo dan turunan ada di pedoman visual di atas,” kata Setya, Senin, 10 Agustus 2020 seperti dikutip dari detikcom.

Berkas tersebut, kata Setya, juga bisa diunduh publik di situs setneg.go.id. Dilihat dari berkas tersebut, pada halaman 27 tertulis maksud dari penggunaan supergraphic yang terdiri dari 10 elemen.

Kesepuluh elemen itu diambil dari dekonstruksi logo 75 tahun yang dipecah lagi menjadi 10 bagian yang merepresentasikan komitmen dan nilai luhur Pancasila.

“Untuk pengaplikasiannya, supergraphicini cukup fleksibel karena bersifat abstrak yang merupakan rakitan dari 10 pecahan tadi menjadi satu kesatuan bentuk,” demikian penjelasan yang tertulis dalam berkas terkait logo HUT RI ke-75 itu.

Sementara itu, Tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin membantah bahwa logo HUT RI ke-75 tersebut mirip simbol salib.

“Logo ini murni dan resmi asli, bukan salib. Ini adalah sebuah karya seni yang dibuat dan dilakukan oleh teman-teman, anak-anak Indonesia yang memiliki kemampuan karya seni yang luar biasa,” kata Ngabalin lewat sebuah video yang ia bagikan ke awak media, Senin, 10 Agustus 2020.

Maka dari itu, ia meminta agar masyarakat tak berspekulasi macam-macam terkait logo kemerdekaan RI tersebut.

Ngabalin pun menegaskan sekali lagi bahwa logo itu bukan berbentuk simbol salib.

“Anda lihat dari sisi keindahannya, dilihat dari semangat kebersamaan yang dibangun. Jadi jauhkan dari pikiran-pikiran penuh kecurigaan, kebencian, karena apa yang dibangun ini adalah spirit untuk mendorong komitmen dari nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai luhur yang dibangun kebersamaan,” tegas Ngabalin.

“Semangat kebinekaan, semangat kebersamaan, semangat persatuan di usia negara kita 75 tahun,” pungkasnya. (Rel/dtk)
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru