Imam Besar AS Baca Surah Al-Hujarat dan Ar-Rum di Depan Trump

WASHINTON DC --- Imam Mohamed Magid (52) merupakan salah satu tokoh Muslim terkenal yang kini mendapat kritikan pedas dari sesama ulama dan umat Muslim Amerika Serikat.

Sebab, ia satu-satunya ulama yang hadir dan ambil bagian dari acara pertemuan lintas agama di Gereja Katedral Nasional, Washington DC, pada Sabtu lalu, dalam rangkaian terpilihnya Donald John Trump sebagai Presiden AS ke-45.

Saat menaiki podium, Magid membacakan dua ayat dari dua surat Alquran, yakni Al-Hujarat ayat 13 dan Ar-Rum ayat 22. Dipilihnya dua ayat ini karena berisi pesan-pesan politik yang jelas untuk pemerintahan AS yang baru.

Selain itu, melalui kedua ayat ini, Magid ingin menunjukkan kepada Trump bahwa saat ini terjadi perselisihan berbau rasial dan agama, di mana banyak Muslim Amerika merasa terpinggirkan dan tidak dipercaya.

Magid, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif All Dulles Area Muslim Society (ADAMS), adalah satu dari 26 tokoh beda agama yang berpartisipasi dalam tradisi layanan dan syukuran atas terpilih Presiden AS yang baru.

Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak George Washington menjadi Presiden AS pertama. Juru Bicara ADAMS, Rizwan Jaka mengatakan, dua ayat ini telah disetujui oleh pejabat di Gereja Katedral Nasional.

"Setelah pemilu, ketika banyak hal yang dikatakan tentang Muslim. Ada pula pertanyaan tentang kesetiaan Muslim. Ayat-ayat ini dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa kita harus datang bersama-sama dan menghormati keragaman," ungkap Jaka, seperti dikutip situs CNN, Senin, 23 Januari 2017.

Presiden Trump seperti tidak terganggu ketika Magid melantunkan ayat suci Alquran. Bahkan, ia sempat 'menegur' istrinya Melania dengan cara mencoleknya agar diam. Taipan properti itu seperti terkesima ketika Magid membaca dua ayat tersebut hingga selesai.

Namun, langkah 'mulia' Magid ini ditentang oleh banyak Muslim Amerika. Mereka telah menuduh Trump, dari memicu kecurigaan tentang agama mereka dengan mengatakan "Islam membenci kita," mengusulkan pendaftaran ulang warga negara yang beragama Muslim, serta melarang Muslim dari negara lain saat masuk AS. (ase/ VIVA)

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru